REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim Advokasi dan Surveilans Covid-19 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair memprediksi jumlah kasus aktif Covid-19 di Jawa Timur pada akhir November 2020 hanya tinggal 1,4 persen atau sekitar 500 kasus. Juru Bicara Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, dr Makhyan Jibril mengatakan, prediksi yang dihitung menggunakan rumus predictive modelling itu bisa tercapai bila tren kasus Covid-19 di Jatim seperti saat ini, atau tidak ada lonjakan signifikan.
Per 6 November 2020, jumlah kumulatif pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Jatim mencapai 54.080 orang. Dari jumlah tersebut, tinggal 2.168 orang (4 persen) yang saat ini masih menjalani perawatan. Dimana 48.042 orang (88,84 persen) di antaranya dinyatakan sembuh dan 3.870 orang (7,16 persen) sisanya dinyatakan meninggal dunia.
Jibril mengatakan, prediksi itu disampaikan Tim FKM Unair dalam rapat konsultasi Satgas pada 22 Oktober 2020. "Sejak awal pandemi kami selalu konsultasi dengan FKM Unair apakah prediksi kasus naik atau turun. Itu adalah prediksi FKM dalam konsultasi terakhir kami 22 Oktober itu," ujar Jibril dikonfirmasi Jumat (6/11).
Jibril mengatakan, tren kasus aktif Covid-19 Jatim yang terus turun, diikuti jumlah testing yang diklaimnya terus mengalami peningkatan. Hingga Jumat (6/11) jumlah tes PCR di Jatim sudah dilakukan terhadap 507.968 orang. Artinya 1 dari 79 warga Jatim telah menjalani tes swab PCR. Sementara jumlah rapid test telah dilakukan terhadap 1.039.215 orang. Artinya 1 dari 39 warga Jatim telah menjalani rapid test.
Selain itu, positivity rate (tingkat positif berdasarkan hasil tes yang dilakukan) di Jatim berada di angka 7 persen. Artinya, dari 100 orang yang dites hanya tujuh orang yang terkonfirmasi positif. Meskipun angka tersebut masih lebih tinggi dari standar WHO yang berada di angka 5 persen.
"Artinya di Jatim ini tesnya naik tapi jumlah yang positif turun. Ya ini memang pertanda bahwa tren kasus di Jatim ini memang beneran turun. Seperti yang diprediksi oleh FKM Unair," ujarnya.
Ketua Tim Advokasi dan Surveilans Covid-19 FKM Unair drm Windhu Purnomo menegaskan, prediksi ini tidak bisa diartikan pada akhir November 2020 kasus aktif Covid-19 benar-benar habis meskipun tren terus menurun. Puncak penyebaran Covid-19 di Jatim memang diakuinya telah terlewati. Namun bukan berarti pandemi Covid-19 telah usai.
"Jatim memang trennya lebih baik daripada nasional. Puncaknya sudah terlampaui. Puncak kasus itu kalau kami lihat sekitar 28-29 Agustus dan terus menurun. Tapi turunnya stagnan. Jadi tidak bisa dikatakan selesai," ujarnya.
Kasus yang terus menurun ini, kata Windhu, memang membawa harapan baik untuk masyarakat Jatim. Namun jangan sampai tren ini melenakan masyarakat sehingga abai terhadap penerapan protokol kesehatan.
"Selain itu, dampak dari liburan panjang kemarin belum kelihatan. Baru akan kelihatan setelah dua minggu setelah liburan panjang kemarin. Jadi kewaspadaan harus tetap ada. Pemerintah sendiri juga masih harus meningkatkan penanganan," kata dia.