REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur mencatat 4,23 juta penduduk usia kerja terdampak wabah Covid-19. Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan menjelaskan, penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dengan persentase mencapai 14,61 persen. Sedangkan penduduk usia kerja perempuan yang terdampak sebesar 11,87 persen.
"Adanya pandemi Covid-19 di Indonesia termasuk Jawa Timur berdampak bukan hanya pada masalah kesehatan, melainkan banyak aspek kehidupan lainnya," ujar Dadang, Jumat (6/11).
Dadang merinci, dari 4,23 juta penduduk usia kerja di Jatim yang terdampak Covid-19, 318,61 ribu orang di antaranya harus menganggur. Sementara yang tidak bekerja karena Covid-19 sebanyak 252,57 ribu orang, dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 sebanyak 3,55 juta orang.
Dadang melanjutkan, pekerja yang paling banyak terdampak pandemi adalah di perkotaan. Ia menyebut penduduk usia kerja perkotaan lebih rentan 2,07 kali lipat dibandingkan mereka yang tinggal di pedesaan.
"Persentase penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 di perkotaan sebesar 18,15 persen. Sedangkan di perdesaan sebesar 8,75 persen," ujarnya.
Jika dilihat berdasarkan kelompok umur dewasa, yakni golongan usia 25-59 tahun paling banyak terdampak. Sekitar 79,28 persen atau setara 3,35 juta orang pada kisaran usia tersebut. Penduduk usia kerja kategori muda, yakni umur 15-24 tahun, Covid-19 berdampak pada sekitar 498 ribu orang. Lalu pada kelompok umur 60 tahun ke atas, Covid-19 berdampak pada sekitar 379 ribu orang.
"Pandemi memang tidak hanya berdampak pada penambahan penduduk penganggur, melainkan juga pada dinamika aktivitas ketenagakerjaan penduduk usia kerja secara umum di Jawa Timur," ujarnya.
Angka pengangguran terbuka per Agustus 2020 meningkat dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlahnya pada pertengahan tahun ini mencapai 5,84 persen dari total angkatan kerja di Jatim. Naik dari Agustus 2019 yang hanya sebesar 3,82 persen.