REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Harga sawit Riau untuk sepekan ke depan mengalami kenaikan. Kenaikan antara lain dipicu oleh fenomena perubahan iklim La Nina yang melanda di kawasan tropis pasifik.
"Perubahan fenomena perubahan iklim La Nina tersebut sekaligus mengancam terjadinya penurunan panen yang menyebabkan naiknya permintaan ekspor komoditas non migas itu," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau Zulfadli melalui Kabid Pengolahan dan Pemasaran Disbun Riau, Defri Hatmaja, Selasa (3/11).
Menurut dia, harga CPO belakangan ini naik ke rentang level tertinggi sejak 18 September, yakni RM 3.066 per ton. Di saat yang sama, ekspor minyak nabati tersebut melonjak pada Oktober 2020.
Ia menyebutkan, pemicu naiknya harga sawit Riau juga karena ekspor minyak sawit ke Eropa dan India mengalami kenaikan. Kenaikan ini mengimbangi ekspor ke China yang cenderung drop.
Ekspor ke Uni Eropa naik 2,1 persen menjadi 289,3 ribu ton dari sebelumnya 283,3 ribu ton. Pada periode yang sama, impor India tercatat mencapai 369,1 ribu ton, naik dobel digit sebesar 10,5 persen dibanding September 2020 yang tercatat hanya 334,2 ribu ton.
"Sementara itu impor China drop 23 persen menjadi 186,1 ribu ton dari 242,5 ribu ton," katanya.
Faktor internal yang turut memicu naiknya harga sawit Riau disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga jual CPO dan harga kernel dari beberapa perusahaan yang menjadi sumber data.
"Harga TBS kelapa sawit Riau periode 4–10 November tahun 2020 mengalami kenaikan pada setiap kelompok umur kelapa sawit dengan jumlah kenaikan terbesar terjadi pada kelompok umur 10 - 20 tahun sebesar Rp 22,79/Kg atau mencapai 1,09 persen dari harga minggu lalu. Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode seminggu ke depan naik menjadi Rp 2.115,19/Kg," katanya.