REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil Sp AK MM mengatakan hingga saat ini tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan dari uji klinis fase 3 vaksin Sinovac.
"Selama yang ini tidak kami temukan hal-hal yang menakutkan, paling panas badan sedikit demam sedikit yang dalam dua hari hilang," kata dia dalam dialog virtual "Menjawab Berbagai Keraguan Soal Vaksin", Jakarta, Selasa (3/11).
Iai menuturkan 15 orang mengundurkan diri dari uji klinis tahap 3, yakni tujuh di antaranya karena alasan pindah kerja dan delapan lainnya karena sakit tetapi sakitnya tidak disebabkan oleh vaksin.
"Saya pikir sampai saat ini keamanannya masih bisa dipertanggungjawabkan," tuturnya.
Kusnandi mengatakan 1.620 relawan sudah mendapatkan suntikan vaksin pertama, sedangkan 1.590-an relawan sudah diberikan dua kali suntikan vaksin.
"Dengan proses uji klinis yang selama ini sementara waktu itu cukup baik," ujarnya.
Semua relawan yang sudah disuntik vaksin Covid-19 tersebut akan dipantau selama enam bulan. Kusnandi menuturkan riset uji klinis fase 3 itu tidak dilakukan terburu-buru.
Dia mengatakan uji klinis vaksin tersebut bersifat multicenter karena dilakukan di beberapa negara termasuk Brazil dan Turki. Pemerintah Indonesia akan membandingkan hasil uji klinis vaksin Sinovac di Bandung, Jawa Barat dengan hasil uji klinis vaksin serupa di negara-negara lain.
"Kalau sudah lulus tahap 3, vaksin bisa digunakan dan diperjualbelikan," ujar dia.
Dari pengalamannya yang terlibat dalam berbagai riset uji klinis vaksin, Kusnandi mengatakan uji klinis vaksin Sinovac tersebut termasuk uji klinis yang aman.
Dia menuturkan dari sekian banyak imunisasi yang dilakukan di Indonesia, kemungkinan terjadi reaksi yang berat seperti pingsan habis diimunisasi sangat kecil, di mana kejadiannya adalah 0,1 sampai satu kejadian dari sejuta orang yang diimunisasi.