REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penelitian Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan, sistem perencanaan pembangunan pertahanan di era Reformasi sangat mudah berubah. Berbeda dengan yang terjadi pada masa Orde Lama dan Orde Baru.
"Kami menemukan, justru di era Reformasi sistem perencanaan pembangunan pertahanan ini sangat volatile atau sangat mudah berubah," ungkap peneliti CSIS, Curie Maharani, dalam bedah buku "75 Tahun TNI" yang dilaksanakan secara daring, Senin (2/11).
Menurut dia, perubahan perencanaan pembangunan pertahanan terjadi setiap tiga tahun sekali di era Reformasi. Perubahan itu terjadi tanpa adanya variabel utama yang konsisten menyebabkan perubahan tersebut.
Selain itu, CSIS mendapati jumlah dokumen strategis jangka panjang dan menengah semakin berkurang. Dokumen strategis yang diacu juga tidak terbit seperti sebagaimana seharusnya. Curie menyatakan, pihaknya khawatir itu akan berdampak pada cakrawala perencanaan yang semakin pendek ke depan.
"Kami khawatir bahwa ini bisa berdampak pada horizon perencanaan yang semakin pendek dan ini perlu kajian yang lebih lanjut," ujar dia.
Apa yang terjadi pada era Reformasi ini tidak sama dengan yang terjadi pada era-era sebelumnya. Curie menerangkan, pada era Orde Lama dan Orde baru terdapat sistem perencanaan pembangunan jangka panjang dalam bentuk Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
"(Sistem perencanaan pembangunan jangka panjang) absen di masa Reformasi sehingga kemudian terkesan ada kehilangan dalam orientasi jangka panjang kebijakan," kata dia.
Perubahan itu juga dipengaruhi oleh fluktuasi jumlah dokumen jangka pendek, panjang, dan menengah, unit yang terlibat penyusunan, dan juga dokumen strategis yang menjadi orientasi kebijakan. Dokumen strategis yang ia maksud, di antaranya buku putih pertahanan.