Jumat 30 Oct 2020 15:07 WIB

Banjir Meluas, Bupati Perintahkan Dirikan Dapur Umum

Banjir di Kemranjen sulit diatasi karena tanah yang lebih rendah dari permukaan laut

Rep: eko widiyatno/ Red: Hiru Muhammad
Subarti (40), berjualan sayur melewati genangan banjir di Desa Karangjati, Sampang, Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (27/10/2020). Hujan deras yang mengguyur wilayah selatan Jateng akibat dampak dari fenomena La Nina, selama dua hari terakhir, menyebabkan banjir dan longsor pada sejumlah wilayah di Kabupaten Kebumen, Cilacap, dan Banyumas.
Foto: Antara/Idhad Zakaria
Subarti (40), berjualan sayur melewati genangan banjir di Desa Karangjati, Sampang, Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (27/10/2020). Hujan deras yang mengguyur wilayah selatan Jateng akibat dampak dari fenomena La Nina, selama dua hari terakhir, menyebabkan banjir dan longsor pada sejumlah wilayah di Kabupaten Kebumen, Cilacap, dan Banyumas.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS--Banjir yang terjadi di wilayah Kemranjen Kabupaten Banyumas dan Kroya Kabupaten Cilacap sejak empat hari terakhir, hingga kini tak juga surut. Bahkan belakangan ribuan warga mengungsi ke berbagai lokasi yang aman dari jangkauan banjir. "Ada ribuan warga yang mengungsi ke berbagai tempat pengungsian. Terbanyak dari Desa Sirau Kecamatan Kemranjen," kata Koordinator Tagana Banyumas, Adi Chandra, Jumat (30/10).

Dia menyebutkan, secara keseluruhan ada tiga desa di wilayah Kecamatan Kemranjen yang terdampak banjir cukup besar. Selain Desa Sirau, juga Desa Grujugan dan Desa Sidamulya. "Wilayah desa-desa ini berbatasan langsung dengan desa-desa di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap, yang juga dilanda banjir," katanya.

Dari Desa Sirau, hingga saat ini tercatat ada sebanyak 870 warga yang mengungsi. Sedangkan dari Desa Grujugan dan Sidamulya, masing-masing ada sebanyak 495 jiwa dan 75 jiwa yang mengungsi. "Untuk yang terdampak banjir di Desa Sidamulya, masih banyak warga yang terjebak belum mau mengungsi," jelas Adi.

Dia menyebutkan, pihaknya masih mengupayakan agar warga bersedia dievakuasi ke pengungsian, mengingat kondisi cuaca yang masih kerap turun hujan sehingga dikhawatirkan banjir semakin tinggi. "Ada sekitar 210 warga Desa Sidamulya yang kita bujuk untuk evakuasi. Terutama dari kalangan lansia dan anak-anak," katanya.

Saat ini, warga yang mengungsi  tersebar di tiga lokasi pengungsian. Antara lain di Masjid Baitunnikmah dan MI Fathul Ulum Desa Sirau, dan gedung MI Sidamulya Desa Sidamulya.

Ketua Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Titik Puji Astuti mengatakan, selain tiga desa tersebut banjir juga terjadi di Desa Kedungpring dan Kecila, dan Sirau. Namun banjir di dua desa tersebut, tidak sebesar tiga desa lainnya.

Bupati Banyumas Achmad Husein saat meninjau lokasi banjir di Kemranjen, menyebutkan banjir di Kemranjen sulit diatasi karena kondisi permukaan tanah yang memang lebih rendah dari rata-rata permukaan air laut. "Banjir hanya surut kalau air laut surut. Tapi saat ini, air laut lebih sering pasang sehingga banjir di Kemranjen lama surutnya," katanya.

Salah satu upaya yang pernah ditawarkan Pemkab untuk mengatasi banjir di wilayah ini, adalah dengan membuat danau di lokasi lahan cekungan. "Tapi warga menolak, dengan alasan lokasi tersebut merupakan lahan pertanian," katanya.

Achmad Husein telah  meminta relawan kebencanaan seperti dari Tagana dan Pramuka Peduli membuka dapur umum di lokasi pengungsian warga. "Saya sudah perintahkan BPBD dan Dinsospermades mendirikan dapur umum dan memberikan bantuan secepatnya kepada pengungsi dan warga yang terdampak banjir," katanya, Jumat (30/10).

Kasi Kedaruratan BPBD Banyumas Endro, mengaku saat ini pihaknya telah mendirikan tiga dapur umum di lokasi pengungsian. "Lokasi dapur umum didirikan di setiap lokasi pengungsian, sehingga distribusi logistik lebih mudah dilakukan," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement