Jumat 30 Oct 2020 09:15 WIB

Cara Desa Pesisir Terpencil Halmahera Selatan Cegah Covid-19

Keterbatasan akses yang membatasi lalu lintas orang dari luar menjadi pengaman

Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA SELATAN -- Pandemi COVID-19 kini telah merambah seluruh wilayah provinsi di Indonesia dan membuat masyarakat di berbagai daerah meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah penularan, tidak terkecuali masyarakat di desa-desa pesisir terpencil di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.

Di desa-desa terpencil di Kabupatan Halmahera Selatan sepertiGane Dalam, Sali Kecil, Samo, Posi-Posi, dan Gumira sampai saat ini memang tidak ada kasus penularan virus corona penyebab COVID-19.

Keterbatasan akses yang membatasi lalu lintas orang dari luar daerah masuk menjadi lapisan pengaman tersendiri bagi warga yang tinggal di desa-desa pesisir terpencil di sana, terutama pada awal penularan virus SARS-CoV-2 merebak di Indonesia pada Maret 2020.

Gane Dalam misalnya. Orang dari luar daerah harus melakukan perjalanan selama hampir satu hari dari Kota Ternate untuk mencapai desa itu. Selain itu, orang yang tertular COVID-19 biasanya terdeteksi dalam pemeriksaan sebelum menaiki kapal untuk menuju ke desa-desa pesisir terpencil Halmahera Selatan.

Di Desa GeneDalam dilaporkan ada seorang warga yang positif terserang COVID-19 dan kasus itu terdeteksi sebelum warga tersebut menaiki kapal untuk kembali ke desa yang berada di ujung selatan Pulau Halmahera itu. Meski kasus infeksi virus corona belum terdeteksi, warga di desa-desa tersebut tidak lantas merasa sepenuhnya aman dari virus.

Dari siaran televisi atau berita yang beredar di situs daring, mereka tahu bahwa virus corona telah menimbulkan wabah dan kematian di mana-mana. Kepala Desa Samo Jafar Anhar mengatakan bahwa rasa takut akan pandemi COVID-19 membuat masyarakat sempat membatasi akses masuk ke desanya.

Bahkan sebelum pemerintah daerah melakukan penyuluhan mengenai penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus corona, warga desa penghasil kopra itu mewajibkan penduduk desa yang datang dari luar untuk mandi di laut sebelum masuk ke desa.

"Jadi waktu itu ada di pelabuhan tempat cuci tangan dan kalau ada orang dari Ternate, kalau dia turun, tahan. Kasi batobo (berenang) dulu baru masuk," kata Jafar.

Saat menghadiri festival, warga Desa Samoumumnya memakai masker dan berusaha mengatur posisi duduk supaya berada pada jarak yang aman dengan orang lain. Cairan pembersih tangan untuk pengunjung pun disediakan di gerbang tempat acara. Namun masih ada beberapa orang yang kadang menurunkan masker dari wajah saat berbicara dan berkumpul dengan jarak cukup dekat dengan orang lain.

Di Desa Samo yang dihuni sekitar 500 orang sampai sekarang belum ada kasus penularan virus corona. Demikian pula di desa tetangga Samo, Desa Posi-Posiyang berpenduduk sekitar 400 orang.

Sementara di Desa Gumira, aparat pemerintah desa memutuskan menutup wilayah untuk mencegah penularan virus corona setelah mendapatkan penyuluhan dari pemerintah daerah mengenai COVID-19 pada awal kedatangan pandemi.

Pelaksana Tugas Kepala Desa Gumira Amaruddin Ishak menuturkan, kala itu pemerintah desa meminta masyarakat untuk membatasi melakukan kegiatan di luar rumah dengan pengecualian pada warga yang harus mengurus kebun. Pemerintah desa juga membatasi warga yang merapat ke dermaga Desa Gumira, yang dihuni 137 keluarga yang terdiri atas 697 orang.

Pembatasan kegiatan dan akses masuk membuat DesaGumira tidak ikut menyumbang kasus COVID-19 di Maluku Utara, yang tercatat sebanyak 2.196 kasus pada 29 Oktober 2020. Namun kebijakan tersebut mempengaruhi kondisi perekonomian warga desa.

Oleh karena itu, selain menyalurkan bantuan dari pemerintah pusat seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa, pemerintah desa mengupayakan bantuan bahan pokok untuk warga yang utamanya mengandalkan pendapatan dari jasa pengangkutan kopra.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement