Selasa 27 Oct 2020 12:45 WIB

Libur Panjang, YLKI: Waspadai Lonjakan Covid-19

Libur panjang juga memiliki risiko tinggi yang berpotensi dalam penularan Covid-19 .

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Agus Yulianto
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat akan menghadapi libur panjang pada 28 Oktober hingga 1 November 2020. Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta, semua pihak dapat mewaspadai lonjakan Covid-19 pada momen tersebut.

“Masyarakat akan menikmati libur panjang. Konsekuensinya, sebagian masyarakat diprediksi akan melakukan perjalanan keluar kota, mudik, berwisata, dan lainnya,” kata Tulus, Selasa (27/10).

Tulus mengakui, momen tersebut akan mendulang efek positif dari sisi perputaran arus ekonomi. Namun, kata dia, momen tersebut juga memiliki risiko tinggi yang berpotensi dalam penularan Covid-19 lebih masif seperti dampak saat libur panjang HUT RI dan Tahun Baru Islam.

“Oleh karena itu, momen libur panjang harus diwaspadai oleh semua pihak, baik itu pemerintah pusat, pemda, pengelola wisata, pusat belanja, restoran, dan juga masyarakat,” jelas Tulus,

Dia menegaskan, semua pihak konsisten dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, tanpa kompromi. Kata dia, jangan pertaruhkan kesehatan dan keselamatan masyarakat, hanya karena gelembung ekonomi sesaat.

sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meminta, operator transportasi dapat bersiap mengantisipasi libur panjang pada akhir Oktober 2020. Budi memperkirakan, akan ada kenaikan trafik pada akhir Oktober 2020.

"Ada suatu kenaikan 10 sampai 20 persen selama cuti panjang akhir Oktober 2020," kata Budi dalam konferensi video, Jumat (23/10).

Budi menuturkan jumlah tersebut secara total tidak signifikan. Hanya saja, dia menegaskan. kondisi tersebut harus diantisipasi karena terjadi saat pandemi Covid-19.

Dia mengkhawatirkan peningkatan trafik penumpang dan pergerakan transportasi dapat terjadi pada waktu yang bersamaan. "Pergerakan bisa menumpuk di satu hari saja. Semua mau pulang cepat dan semua melakukan kegiatan, ada pergerakan yang signifikan," jelas Budi.

Untuk itu, Budi memastikan operator transportasi darat, laut, udara, dan kereta api harus siap menghadapi hal tersebut. Terutama, kata Budi, saat menghadapi lonjakan penumpang dengan protokol kesehatan yang ketat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement