Ahad 25 Oct 2020 23:21 WIB

Wabup Lebak: Tradisi Seren Taun Perlu Dilestarikan

Seren Tauh adalah ungkapan rasa syukur atas hasil pertanian pangan.

Warga mengikuti prosesi upacara Seren Taun di Kesepuhan Cisungsang, Lebak, Banten (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Warga mengikuti prosesi upacara Seren Taun di Kesepuhan Cisungsang, Lebak, Banten (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK --Wakil Bupati Lebak Ade Sumardi mengatakan tradisi budaya Seren Taun dalam masyarakat Citorek, Kecamatan Cibeber sebagai ungkapan syukur atas hasil pertanian pangan, perlu dilestarikan agar tidak punah pada masa yang akan datang. "Kita merasa bangga budaya Seren Taun itu sebagai milik masyarakat Kabupaten Lebak," kata dia di Lebak, Ahad (25/10).

Tradisi Seren Taun oleh masyarakat Citorek dilakukan setiap tahun saat musim panen raya. Tradisi itu sebagai ungkapan syukur mereka kepada Allah SWT atas kelimpahan rejeki dari hasil pertanian pangan.

Baca Juga

Oleh karena pandemi Covid-19, tradisi budaya tersebut tetap dilakukan warga namun dikemas secara sederhana. Masyarakat kaolotan atau kesepuhan memasuki musim panen raya dalam setahun hanya satu kali musim panen. Masyarakat kesepuhan di kaki Gunung Salak Halimun menanam padi menggunakan benih lokal dengan masa panen selama enam bulan.

Ia mengatakan tradisi Seren Taun menjadi aset budaya masyarakat Kabupaten Lebak. "Kita berharap budaya Seren Taun ke depan menjadi destinasi wisata," katanya.

Ade mengatakan di tengah arus modernisasi, tugas bersama pemerintah daerah dan masyarakat, untuk menjaga dan melestarikan adat budaya tersebut.

Apalagi, Kabupaten Lebak memiliki nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang cukup banyak di wilayah Provinsi Banten.

Pemerintah daerah juga mengapresiasi masyarakat yang masih melestarikan kearifan lokal, melalui wujud perayaan sebagaimana dalam ritual bertepatan dengan panen raya. "Kita wajib melestarikan budaya Seren Taun karena merupakan salah satu identitas masyarakat Lebak," ujarnya.

Tetua adat masyarakat Citorek, Abah Didi, menyatakan Seren Taun merupakan tradisi budaya masyarakat setempat secara turun temurun dari nenek moyang.

Melalui tradisi itu, katanya, warga bersyukur atas hasil panen yang diberikan Allah SWT. Warga juga berdoa agar tetap mendapat berkah kehidupan yang melimpah melalui panen selanjutnya.

Ia mengatakan oleh karena tradisi tersebut pada tahun ini di tengah pandemi, masyarakat melaksanakan secara sederhana dengan menerapkan protokol kesehatan, antara lain memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

"Kami merasa bersyukur atas keberhasilan panen dan memohon berkah untuk panen ke depan lebih baik lagi," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement