REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Keraton Kanoman Cirebon, Jawa Barat, tetap menggelar ritual tawurji meskipun di tengah pandemi Covid-19 meski ritual tersebut hanya dihadiri keluarga dan abdi dalam.
"Ritual ini memang kami gelar setiap tahun, namun sekarang kita batasi sesuai anjuran pemerintah," kata Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina, Rabu (14/10).
Menurut dia, tradisi tawurji merupakan bentuk gotong royong antarsesama masyarakat, terutama bagi para fakir miskin yang berada di sekitar Keraton Kanoman Cirebon. Pada zaman dahulu, para fakir miskin memohon pertolongan kepada orang kaya sembari membacakan doa Tawurji dan sekarang tradisi itu terus dilanjutkan.
Dia mengatakan di masa pandemi Covid-19 tradisi tawurji tetap dilaksanakan. Keraton Kanoman telah memberikan pengumuman tradisi tersebut tidak bisa dihadiri masyarakat umum.
Arimbi mengakui tradisi tawurji masih digelar secara biasa, akan tetapi yang membedakan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu pelaksanaannya tidak dihadiri oleh warga. "Dengan adanya pandemi ini, kami dilarang berkerumun, untuk itu kami melakukan acara budaya ini dengan skala kecil. Secara tradisi memang tidak ada bedanya, tapi secara pelaksanaan sangat berbeda," ujarnya.
Tradisi tawurji selalu dilakukan pada Rabu terakhir bulan Safar (perhitungan jawa). Tawurji dimulai ketika Keluarga Keraton Kanoman Cirebon dan masyarakat sekitar bersama-sama membacakan sepenggal bait yang berisi doa.
"Ji tawur ji, tawur. Selamat dawa umur. Tawurji," begitu penggalan bait tersebut.
Kemudian keluarga Keraton Kanoman langsung melemparkan uang koin untuk diperebutkan masyarakat yang telah menunggu di depan Bangsal Jinem Keraton.
Selain menggelar tradisi tawurji, Keraton Kanoman juga melaksanakannya tradisi apeman yang inti dari acara tersebut sama-sama menolak bala dan memohon keberkahan. "Tradisi apeman juga intinya sama yaitu berharap keberkahan," kata Arimbi.