Sabtu 24 Oct 2020 10:35 WIB

Lantai 2 Tower 3 Wisma Atlet, Displin Swab Tenaga Kesehatan

Para tenaga kesehatan wajib jalani swab di Wisma Atlet.

Aktivitas olahraga pagi di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta yang menjadi rumah sakit darurat sekaligus tempat isolasi mandiri untuk pasien Covid-19. Ilustrasi
Foto:

Jika hasilnya positif? Ya, diisolasi lebih lanjut, di-swab ulang, sampai hasilnya negatif. Sistem serta mekanisme yang demikian, dirancang secara cermat oleh Mayjen Tugas Ratmono, kemudian dieksekusi di RSDC Wisma Atlet. “Ini adalah langkah, agar nakes yang pernah beraktivitas di RSDC Wisma Atlet, tidak menjadi penyebar Covid-19 ke masyarakat,” tutur Mayjen Tugas Ratmono lebih lanjut.

Dalam hal ini, Mayjen Tugas Ratmono menyebut, sejumlah tahapan di atas adalah bagian dari upaya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Nakes dijaga agar tidak terpapar. Warga yang sudah terpapar, dirawat sampai sembuh. Artinya, ada kesinambungan antara tahap yang satu dengan tahap yang lain.

“Kami berharap, kesinambungan itu akan mempercepat proses penanganan Covid-19 secara nasional,” tukas Mayjen Tugas Ratmono. Kita tahu, Mayjen Tugas Ratmono, lengkapnya Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H. adalah dokter lulusan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta tahun 1990. Ia kemudian mengambil spesialis syaraf.

Saat ini, Mayjen Tugas Ratmono menjadi Kepala Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI), sekaligus menjadi Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet. Cukup banyak personel TNI yang ia libatkan di RSDC Wisma Atlet, mencapai 359 personel. Mereka terdiri dari 6 dokter spesialis, 18 dokter umum, 172 perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.

photo
Koordiantor RSDC 19 Wisma Atlet Mayjen TNI Dr Tugas Ratmono (pertama dari kiri) saat berbincang dengan petugas nakes Letda dr Hilda Dwi Mahardiani di ruangan swab tes khusus nakes di lantai 2 Tower 3 RSDC 19 Wisma Atlet - (Dok Istimewa)

Ke-359 personel tersebut adalah bagian dari 1.952 nakes yang beraktivitas di RSDC Wisma Atlet. Bidang profesi mereka juga beragam. Ada dokter, perawat, psikolog, psikiater, ahli gizi, serta tenaga kesehatan lainnya. Tiap kali Bertemu dengan mereka, Mayjen Tugas Ratmono selalu memulai dengan pertanyaan, apa sudah swab test? Kalau dijawab sudah, pertanyaan lanjutannya, kapan terakhir di-swab?

Itu adalah salah satu cara Mayjen Tugas Ratmono mengontrol tim kerja, untuk memastikan bahwa mereka yang beraktivitas di RSDC Wisma Atlet benar-benar clear dari Covid-19. Model kontrol yang demikian, bukan hanya ia terapkan kepada tim kerja, tapi juga kepada dirinya sendiri.

Pada Rabu (14/10/2020) lalu, misalnya. Hari itu, Mayjen Tugas Ratmono menjalani proses swab test untuk kesekian kalinya. Ketika kami bertemu sekitar pukul 19.15 WIB, ia belum beranjak meninggalkan RSDC Wisma Atlet. “Saya sedang menunggu hasil swab test, belum berani pulang,” ungkapnya. Setelah dapat info hasilnya negatif, baru Mayjen Tugas Ratmono meninggalkan area RSDC Wisma Atlet.

Proses rapid test dan swab test, bukan untuk gagah-gagahan. Tapi, semata-mata untuk melindungi diri serta melindungi orang-orang di sekitar. Mayjen Tugas Ratmono di beberapa kesempatan selalu mengingatkan, “Jangan anggap remeh Covid-19. Sering-sering cuci tangan, jaga jarak, dan hindari kerumunan.”

Pesan dari Mayjen Tugas Ratmono tersebut bukan hanya untuk para relawan di Wisma Atlet, tapi juga untuk semua. “Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi esok. Dengan sering-sering cuci tangan, senantiasa jaga jarak, serta menghindari kerumunan … berarti kita telah melindungi diri serta melindungi orang-orang di sekitar kita,” ujar dia.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement