REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak Taufik Hermawan mengingatkan kemungkinan terjadinya gelombang tinggi di pesisir Selatan Jawa Timur. Ia menyebut ombak di sana bisa mencapai 3,5 meter dalam tiga hari ke depan. Maka dari itu dia mengimbau masyarakat, utamanya nelayan untuk lebih waspada.
"Kewaspadaannya lebih ditingkatkan. Jadi kondisi-kondisi terhadap tinggi gelombang di wilayah pesisir (Selatan) Jatim masih bisa terjadi," ujar Taufik di Surabaya, Kamis (22/10).
Dia menjelaskan, gelombang tinggi tersebut bisa menerpa sejumlah daerah di pesisi Selatan Jawa Timur. Mulai dari Pacitan di Barat, hingga Banyuwangi di Timur. Meski belum memberikan peringatan, namun dia kembali mengingatkan agar nelayan meningkatkan kewaspadaannya.
"Tiga hari kita update terus. Tiga hari kami update. Kalau kapal besar pengaruhnya masih belum ada. Yang perlu diwaspadai yakni nelayan tangkap tradisional," ujarnya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga mengimbau masyarakat terutama nelayan memperhatikan betul kondisi cuaca. Apabila terpantau kondisi cuaca ekstrem, disarankan untuk sementara tidak melaut dalam dua hingga tiga hari ke depan.
"Prediksi BMKG kemarin kemungkinan dalam minggu-minggu ini akan ada gelombang 3,5 meter misalnya, maka para nelayan harus terkonfirmasi supaya mereka tetap selamat," kata dia.
Selain ombak tinggi, mantan menteri sosial itu juga mengingatkan adanya fenomena La Nina. Meningkatnya curah hujan hingga 25 persen patut diwaspadai. Bencana hidrometeorologi seperti banjir dan puting beliung harus sejak dini diantisipasi.
"Kami (sedang) petakan secara lebih detail. Besok kita menunggu hasil rakor BMKG Jawa Timur untuk bisa memberikan peta secara lebih detail 22 kabupaten/kota ini supaya melakukan kesiapsiagaan," kata Khofifah.
Meski demikian, ia meminta masyarakat tidak panik. Dirinya memastikan semua kesiapan penanganan bencana oleh badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) dan Tagana sudah sedia. Saat ini, kata dia, apel secara berkala dua intansi garis depan penanganan bencana itu terus dilakukan di tiga titik.
"Karena pandemi Covid-19 jadi tidak bisa banyak-banyak. Makanya kita bagi ke dalam tiga titik, satu di wilayah Mataraman, di titik pantai utara dan tiga di titik tapal kuda," ujarnya.