REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya memastikan telah menyesuaikan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri dan rekomendasi dari Satuan Tugas COVID-19 Surabaya dengan menyesuaikan kajian sekolah tatap muka.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Senin, mengatakan sebelum sekolah tatap muka dibuka, seluruh warga di sekolah itu dilakukan pemeriksaan tes usap. Ini dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan mereka, baik guru, murid maupun pegawai di sekolah.
"Makanya ini kita lagi tes usap semua untuk anak-anak. Kita punya data (kasus COVID-19) sudah mulai turun terus. Anak-anaknya kita tes usap dulu agar tidak membahayakan," kata Risma.
Risma menyebut sebelumnya seluruh guru di Surabaya telah dilakukan tes usap, sedangkan untuk para murid akan dilakukan secara bergiliran. Jika ke depan tren kasus COVID-19 di Surabaya terus membaik, dipastikan sekolah tatap muka bisa segera dibuka.
"Sudah mulai satu bulan yang lalu (swab test). Pokoknya kondisinya bagus kita akan lakukan (sekolah) tatap muka," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Supomo menyatakan bahwa kajian sekolah tatap muka telah rampung dan sudah siap. Dalam kajian itu, pihaknya melibatkan pakar epidemiologi dan fakultas kesehatan masyarakat.
"Sudah kita siapkan dan sudah selesai kajiannya. Beberapa sekolah yang akan kita buka juga kita lakukan verifikasi," kata Supomo.
Sekolah yang telah dilakukan verifikasi itu selanjutnya tinggal menyesuaikan SOP protokol kesehatan yang telah dibuat Pemkot Surabaya. Namun, dalam SKB Empat Menteri diputuskan bahwa pemerintah melakukan penyesuaian pelaksanaan pembelajaran sekolah tatap muka di zona selain merah dan oranye, yakni di zona kuning dan hijau.
"Nanti kalau Surabaya sudah gambarannya secara menyeluruh seperti itu, kita lakukan sekolah tatap muka," ujar Supomo.
Upaya pemkot dalam menyiapkan sekolah tatap muka tak berhenti sampai di situ. Untuk memastikan seluruh warga yang datang ke sekolah benar-benar sehat, Dispendik juga melakukan pendataan terhadap guru yang usianya di atas 50 tahun yang memiliki komorbid.
"Dengan demikian, kesiapan sekolah tatap muka sudah final. Tinggal kita menunggu apakah zonanya memungkinkan atau tidak," kata dia.
Meski demikian, Supomo menyebut tidak semua lembaga pendidikan di Surabaya melaksanakan sekolah tatap muka. Sebab, ada beberapa sekolah yang belum sesuai dengan SOP penerapan protokol kesehatan.
"Jadi, sekolah yang buka nanti ada rekomendasi dari Satgas COVID-19 Kota Surabaya. Dengan demikian, jika Satgas COVID-19 sudah merekomendasikan, sekolah tatap muka dapat dibuka," kata dia.
Sebelumnya ada 19 lembaga pendidikan di Surabaya jenjang SMP baik negeri maupun swasta yang telah dilakukan identifikasi kesiapan pembelajaran tatap muka.
"Sekolah sudah banyak yang mengajukan, karena mereka juga ingin segera anak-anaknya itu bisa sekolah tatap muka," ujarnya.
Langkah Pemkot Surabaya melakukan identifikasi sekolah tatap muka tak hanya berlaku bagi sekolah jenjang SMP. Ia menyatakan jenjang SD juga disiapkan untuk sekolah tatap muka. Meski akhirnya sekolah tatap muka baru dapat dimulai ketika zonasi suatu wilayah masuk kategori yang telah ditetapkan SKB Empat Menteri.
"Nanti kita kembangkan sampai dengan jenjang SD. Karena kondisinya sudah berangsur-angsur membaik. Nanti jenjang SD akan diutamakan yang kelas VI. Kita tidak bisa memastikan kapan dibukanya, tapi mudah-mudahkan Surabaya masuk zona yang direkomendasi dari Satgas COVID-19," katanya.