REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Yayasan Penabulu bersama Konsorsium pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KpSHK), Konsil LSM Indonesia, dan ICCO Cooperation meluncurkan proyek bertajuk Promoting Green Economic Initiatives by Women and Youth Farmers in The Sustainable Agriculture Sector in Indonesia (Echo Green).
Peluncuran proyek Echo Green yang bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia dan diselenggarakan bekerja sama dengan pemerintah pusat, beberapa pemerintah daerah, dan Uni Eropa. Uni Eropa memberi dukungan dana senilai Rp 16,6 miliar untuk mendukung proyek ini di tiga kabupaten di Sumatra Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.
Dukungan pemerintah Kabupaten Padang Pariaman (Sumatra Barat), Grobogan (Jawa Tengah), dan Lombok Timur (NTB) dinilai membawa nilai tambah dalam pencapaian tujuan Echo Green.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur, NTB, H.M. Juaini Taofik mengatakan, strategi dan konsep Echo Green sejalan dengan apa yang sedang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Yakni, memanfaatkan potensi lokal seperti perikanan, pertanian dan pariwisata sehingga menggairahkan perekonomian yang inklusif dan berkelanjutan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah Anang Armunanto mengatakan, proyek Echo Green sangat penting bagi Grobogan karena akan mendorong dan memberdayakan perempuan dan pemuda untuk bekerja di sektor pertanian. Apalagi, sektor pertanian adalah andalan perekonomian Kabupaten Grobogan.
"Proyek ini diharapkan akan menumbuhkan minat dan ketrampilan teknis mereka untuk menggeluti dunia pertanian," kata Anang dalam konferensi pers virtual Echo Green di Depok Jawa Barat, kemarin.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman Sumbar, Yurisman mengatakan, proyek Echo Green sejalan dengan upaya yang dilakukan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman. "Kami harap pembelajaran berharga dari proyek ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani," kata Yurisman.