Kamis 15 Oct 2020 00:04 WIB

'Nanti Bebek-Bebek Ini akan Dikirim ke Istana'

Pengunjuk rasa penolak UU Ciptaker membawa bebek sebagai satire untuk Jokowi.

Federasi Serikat Pekerja Aneka Indonesia (FSPASI) membawa tiga bebek untuk menujukkan rasa penolakannya terhadap RUU Omnibus Law, Jakarta Pusat, Rabu (14/10).
Foto: Republika/Haura Hafizhah
Federasi Serikat Pekerja Aneka Indonesia (FSPASI) membawa tiga bebek untuk menujukkan rasa penolakannya terhadap RUU Omnibus Law, Jakarta Pusat, Rabu (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Haura Hafizhah, Zainur Mashir Ramadhan, Dessy Suciati Saputri

Aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja (Ciptaker) terus berlanjut dan pada Rabu (14/10), berpusat di kawasan Monas atau Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Uniknya, massa dari Federasi Serikat Pekerja Aneka Indonesia (FSPASI) membawa tiga bebek sebagai simbol penolakan terhadap UU Ciptaker dan satire untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga

"Kenapa kami membawa tiga bebek, sebenarnya kami ingin membawa kurang lebih 13 bebek, hanya kondisi yang tidak memungkinkan maka dari tiga tersebut mewakili dari 13 poin yang sedemikian merugikan kaum buruh," kata Koordinator Lapangan FSPASI, Nurdin kepada wartawan, Rabu (14/10).

Dengan simbol bebek itu pihaknya ingin menyindir Presiden Jokowi yang lebih mementingkan meninjau peternakan bebek di Kalimantan Tengah daripada menemui masyarakat yang beramai-ramai datang ke Istana Merdeka. Nurdin heran, mengapa Jokowi jauh-jauh ke Kalimantan Tengah kalau hanya ingin melihat bebek.

"Kami anterin bebek itu. Artinya, dengan bahasa lainnya, maka kata sontoloyo yang diterapkan beliau, jadi sontoloyo itu dalam bahasa jawa artinya adalah orang angon bebek," kata dia.

Menurut Nurdin, seseorang yang hanya bisa mengangon bebek, hanya bisa menggiring bebek, dia tidak akan bisa mengatur rakyatnya. Oleh karena itu, para demonstran membawa bebek untuk mengingatkan Jokowi bahwa mengurus masyarakat tidak seperti mengurus bebek.

"Yang cukup ditengokin terus dikasih makan, tapi harus dikasih perhatian, kasih sayang, bukan kemudian datang dihadapin dengan polisi terus direpresi kami. Dari tanggal 6 Oktober 2020 sampai hari ini saya ikut aksi terus. Dan ketika ikut aksi belum pernah Pak Jokowi datang, kabur. Artinya apa? Sebagai pemimpin negara ia lari dari tanggung jawabnya," kata dia.

Aksi unjuk rasa yang dilakukan massa buruh tertahan di areal Monas. Hingga Rabu siang (14/10) pukul 15.03 WIB, mereka mencoba melobi pihak berwenang, namun akhirnya gagal.

Dalam tuntutannya, kata Nurdin, massa buruh masih menuntut pembatalan Omnibus Law UU Ciptaker. Pihaknya mengaku kecewa, UU yang diklaimnya merugikan buruh dan masyarakat secara umum, disahkan secara diam-diam.

"Untuk itu, massa gabungan dari dua fraksi buruh, masih berharap bisa mencapai Istana Negara," katanya.

Meski akhirnya tertahan di Monas, massa aksi menegaskan aksi akan terus berlanjut. Di Jalan Medan Merdeka, FSPASI bergabung dengan Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI). Mereka mengakhiri unjuk rasanya sekitar pukul 18.00 WIB. Orasi para demonstran secara bergantian dijaga banyak aparat polisi di sekitar Patung Kuda.

Mereka semua memakai baju warna hitam  dan memegang bendera merah putih. Lalu, saat menjelang sore mereka menyudahi aksinya dengan menukarkan bebek antara dua massa yaitu PPMI dan FSPASI.

"Nanti bebek-bebek ini akan dikirim ke istana. Kami kasih bebek ini ke Pak Jokowi," ujar salah satu demonstran.

Diketahui, Presiden Jokowi memang meninjau lumbung pangan baru dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng), Kamis (8/10). Selain itu, Jokowi juga akan meninjau penanaman padi, keramba ikan, serta peternakan bebek di Kecamatan Pandih Batu.

Kunjungan kerja Jokowi itu bertepatan dengan demo besar di Jakarta menolak UU Ciptaker yang di sebagian wilayah berujung kerusuhan. Saat itu, Deputi bidang Protokol, Pers, dan Media Bey Machmudin, kunjungan kerja Presiden itu tak berkaitan dengan aksi unjuk rasa besar-besaran di Ibu Kota. Sebab, kata dia, rencana kunjungan kerja ini sudah disiapkan jauh hari sebelumnya.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral pun menegaskan, kunjungan kerja Jokowi tersebut sudah terjadwalkan sebelum adanya rencana aksi massa unjuk rasa.

"Ya karena itu sudah teragendakan sejak awal. Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Itu agenda penting Presiden bagi rakyatnya di provinsi lain," kata Donny, Kamis (8/10).

Ia mengatakan, Presiden tak berniat menghindari aksi demonstrasi di Istana dengan melakukan kegiatan ke luar kota.

"Bukan kemudian lari dari demonstrasi. Presiden bukan sosok yang seperti itu," tambahnya.

photo
UU Cipta Kerja masih butuh aturan turunan - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement