Rabu 14 Oct 2020 23:54 WIB

Transfer Teknologi Perlu demi Kemandirian Produksi Vaksin

Dalam jangka panjang, harus ada pengembangan vaksin dari proses hulu.

Kandidat vaksin Covid-19 (ilustrasi). Transfer teknologi proses hilir produksi vaksin menjadi strategi jangka pendek penyediaan vaksin Covid-19 bagi masyarakat Indonesia.
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Kandidat vaksin Covid-19 (ilustrasi). Transfer teknologi proses hilir produksi vaksin menjadi strategi jangka pendek penyediaan vaksin Covid-19 bagi masyarakat Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bio Farma melakukan transfer teknologi dan mendukung kemandirian bangsa dalam memproduksi vaksin Covid-19. Hal itu penting sebagai strategi dalam penyediaan vaksin Covid-19 bagi masyarakat Indonesia.

"Strategi jangka pendeknya ialah melakukan transfer teknologi proses hilir dan untuk capacity building (pembangunan kapasitas) dari calon mitra, yakni bekerja sama dengan Sinovac China dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI)," kata Neni Nurainy dari Divisi Penelitian dan Pengembangan PT Bio Farma dalam dalam seminar virtual Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Harapan, Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Sementara untuk strategi jangka menengah dan jangka panjang, menurut Neni, harus ada pengembangan vaksin dari proses hulu. Itu diperlukan untuk kesiapan Indonesia dan kemandirian pengembangan sumber daya dalam mengembangkan vaksin Merah Putih.

Pengembangan vaksin dari proses hulu itu didukung dengan dibentuknya konsorsium vaksin Covid-19 nasional. Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, diperlukan vaksinasi paling tidak untuk 173 juta penduduk Indonesia untuk menciptakan kekebalan komunitas (herd immunity).

Apalagi jika diperlukan dua kali suntikan vaksin, maka kebutuhan vaksin akan menjadi sekitar 346 juta ampul vaksin. Itu merupakan jumlah yang banyak.

Kebutuhan vaksin tersebut tidak mungkin bisa terpenuhi dari luar sehingga perlu pengembangan vaksin secara mandiri. Eijkman mengembangkan vaksin dengan platform sub unit protein rekombinan. Antibodi yang dihasilkan setelah vaksinasi akan bekerja untuk mencegah terjadinya penempelan virus pada sel manusia, dan pelepasan materi genetik virus ke dalam sel manusia.

"Kami melihat kapasitas produksi vaksin baik dunia maupun di Indonesia seberapa besar karena kapasitas produksi di dunia pun hanya kurang lebih separuh dari jumlah penduduk dunia hanya sekitar tiga miliar vaksin untuk tujuh miliar penduduk. Nah, tentunya melihat situasi seperti ini Indonesia tidak bisa tergantung pada luar negeri," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement