REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan keinginannya untuk membuat Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), naik kelas. Luhut berharap, BMKG punya peralatan yang lebih canggih untuk memprediksi cuaca.
Tak tanggung-tanggung, Luhut ingin BMKG kelak bisa secanggih NOAA (Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional) miliki pemerintah Amerika Serikat. NOAA adalah badan ilmiah di bawah pemerintahan AS yang fokus meneliti kondisi atmosfer dan lautan.
"Sebenarnya kalau kita berkaca di Amerika itu ada NOAA. Itu yang membuat prediksi cuaca yang luar super hebat. Kita belum seperti itu, tapi menurut hemat saya, kita harus mengarah makin canggih," kata Luhut dalam keterangan pers usai rapat terbatas, Selasa (13/10).
Keinginan Luhut untuk membuat BMKG setara dengan NOAA bukan tanpa alasan. Indonesia adalah negara kepulauan dengan kondisi geologis yang 'kaya' akan potensi bencana.
Hal ini, menurut Luhut, menjadikan peran BMKG menjadi sangat vital. Salah satunya adalah peran mitigasi dengan memberikan peringatan dini bencana yang akurat.
"Sehingga mengurangi nanti jumlah korban, dan untuk pertolongan evakuasi bisa dilakukan lebih cepat karena tadi alat-alat yang dimiliki oleh BMKG itu makin canggih," ujar Luhut.
Peningkatan kemampuan BMKG ini akan dilakukan paralel dengan pengembangan kapasitas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). BPPT akan mengembangkan teknologi lokal untuk bisa dimanfaatkan oleh BMKG. Presiden Jokowi pun, ujar Luhut, telah setuju untuk mendukung peningkatan kapasitas BMKG.
"Tadi, bapak presiden juga menyinggung dan Ibu Menteri Keuangan dan saya akan terus terang mendorong sampai ini betul-betul jadi tambah hebat terima kasih," katanya.
Sebenarnya tak salah Luhut berkiblat pada NOAA. Kemampuan riset NOAA memang sangat mumpuni, dengan ranah penelitian meliputi perubahan iklim, cuaca, kondisi lautan, pesisir, hingga konservasi ekosistem perairan. NOAA juga mempekerjakan 6.773 ilmuwan dan insinyur di seluruh dunia.
Bagi penyuka film Hollywood, barangkali ingat adegan sapi-sapi beterbangan akibat tornado di film Twister. Film ini terinspirasi dari para ilmuwan 'pemburu tornado' yang bekerja di NOAA National Severe Storms Laboratory.