Selasa 13 Oct 2020 12:51 WIB

Mensos Siapkan 39 Ribu Relawan Antisipasi La Nina

Para relawan sudah siap siaga diterjunkan ke lokasi yang membutuhkan bantuan

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Hiru Muhammad
Warga melihat kondisi jalan yang putus akibat cuaca ekstrem yang terjadi di Lingkungan Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Tabanan, Ahad (11/10/2020). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tabanan mendata ada 58 titik kejadian bencana akibat hujan deras yang mengguyur wilayah itu pada Sabtu (10/10/2020) dengan total kerugian mencapai sekitar miliaran rupiah, korban terluka satu orang dan nihil korban jiwa.
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Warga melihat kondisi jalan yang putus akibat cuaca ekstrem yang terjadi di Lingkungan Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Tabanan, Ahad (11/10/2020). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tabanan mendata ada 58 titik kejadian bencana akibat hujan deras yang mengguyur wilayah itu pada Sabtu (10/10/2020) dengan total kerugian mencapai sekitar miliaran rupiah, korban terluka satu orang dan nihil korban jiwa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Sosial Juliari Batubara telah menyiagakan 39 ribu relawan di berbagai daerah yang akan membantu masyarakat jika terjadi bencana. Relawan tersebut akan diterjunkan guna mengantisipasi dampak fenomena La Nina yang terjadi di wilayah Indonesia.

“Instruksi Presiden sangat clear bahwa apabila bencana datang kita harus segera distribusikan bantuan-bantuan tersebut. Sehingga untuk lebih cepat mengirimkan bantuan, kami sudah menyebar hampir 39.000 relawan yang selalu siaga I walau tidak ada bencana,” kata Juliari saat konferensi pers usai rapat terbatas bersama Presiden, Selasa (13/10).

Ia menyampaikan, para relawan tersebut saat ini sudah dalam kondisi siap siaga diterjunkan. Sehingga bila terjadi bencana, para relawan dapat segera tiba di lokasi bencana dan melakukan penanganan.

Selain itu, Mensos juga memastikan bantuan logistik yang akan diberikan kepada para korban bencana serta teknis penanganan di lokasi pengungsian saat bencana terjadi di tengah pandemi covid 19. Ia mengatakan, dalam kondisi normal, tenda pengungsian biasanya dapat digunakan untuk puluhan orang. Namun, jika terjadi bencana di tengah pandemi, maka penanganannya pun juga akan berbeda.

“Kalau saat normal mungkin dalam tenda bisa puluhan orang, bahkan kadang bisa ratusan. Tentunya kami akan lihat kondisi di lapangan. Kalau pakai tenda tentunya tidak bisa diisi seperti kondisi normal. Jumlahnya akan kami kurangi namun teknis pelaksanaan tergantung lokasinya,” katanya. 

Untuk menghindari munculnya klaster Covid-19 baru, Kemensos akan menyiapkan alat proteksi diri seperti masker di lokasi pengungsian. Selain itu, Kemensos juga akan bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk melaksanakan pemeriksaan covid-19 baik melalui rapid test ataupun PCR test.

“Kami juga kerja sama dengan Kemkes apakah mungkin di lokasi pengungsian dilakukan testing apakah rapid test atau PCR. Ini akan kami konsultasikan dengan Kemkes,” kata dia.

Saat membuka rapat terbatas antisipasi bencana hidrometeorologi di Istana Merdeka, Selasa (13/10) pagi ini, Presiden Jokowi meminta seluruh jajarannya untuk mempersiapkan antisipasi terjadinya bencana dampak dari fenomena La Nina. Berdasarkan prediksi BMKG, fenomena La Nina akan menyebabkan curah hujan bulanan di Indonesia mengalami kenaikan 20-40 persen di atas normal.“Laporan yang saya terima dari BMKG, fenomena La Nina diprediksi akan menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia akan naik 20-40% di atas normal,” ujar Jokowi.

Selain bencana hidrometeorologi, fenomena La Nina ini juga akan berdampak pada produksi hasil pertanian, sektor perikanan, dan juga sektor perhubungan. Presiden pun meminta agar dampak dari La Nina ini betul-betul dikalkulasikan. Ia juga menginstruksikan agar informasi mengenai prediksi dampak La Nina ini  disampaikan kepada seluruh pemerintah daerah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement