Selasa 13 Oct 2020 04:29 WIB

KCJB Jadi Lompatan Kemajuan Transportasi Publik di Indonesia

Beroperasinya kereta cepat lengkapi transportasi yang menghubungkan Jakarta-Bandung.

Kereta melintas di samping proyek pembangunan jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung di kawasan Cipatat, Kabupaten  Bandung Barat, Jawa Barat.
Foto: ANTARA/RAISAN AL FARISI
Kereta melintas di samping proyek pembangunan jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung di kawasan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika

Masyarakat Indonesia patut berbangga. Di bidang transportasi, Indonesia tidak lama lagi sejajar dengan negara maju. Hal itu jika Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) sudah beroperasi melayani penumpang. Saat ini, pembangunan KCJB diklaim sudah menunjukkan progres 60 persen.

Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ditandai peletakan batu pertama di kawasan Walini, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (Jabar) pada 21 Januari 2016, proyek ini memang sempat terhambat masalah perizinan dan pembebasan lahan.

Namun, kini tidak ada hambatan lagi dalam pengerjaan di lapangan. Komitmen pemerintah pusat yang ingin menghadirkan layanan transportasi modern dan tepat waktu membuat segala aral rintangan diselesaikan satu per satu. Proyek sepanjang 142 kilometer ini jika melihat realita sekarang, besar kemungkinan baru beroperasi pada akhir 2022.

Jika pun meleset akibat anggaran pemerintah tersedot pemulihan akibat pandemi Covid-19, layanan kereta cepat dapat melayani penumpang pada awal 2023 atau maksimal sebelum era Presiden Joko Widodo (Jokowi) berakhir pada 2024. Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara, Kartika Wirjoatmodjo juga berharap, KCJB dapat beroperasi 2022 atau maksimal awal 2023.

Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC), Chandra Dwiputra, mengatakan, perusahaannya terus konsisten menorehkan pencapaian sebagai bentuk komitmen mewujudkan KCJB. Dia menyebut, banyak torehan konstruksi yang berhasil dikerjakan KCIC di lapangan, khususnya kendala terberat dalam membuat terowongan membelah bukit.

Sebagai informasi satu dari 13 terowongan KCJB telah ditembus pada 2019. Pada semester awal 2020, sambung dia, dua terowongan di Kabupaten Purwakarta juga berhasil diukir. "Yakni tunnel nomor tiga dengan panjang 735 meter dan tunnel nomor lima dengan panjang 437 meter. Dengan demikian, total tiga konstruksi terowongan telah ditembus," kata Chandra dikutip dalam laman resmi perusahaan.

Adapun 10 terowongan tersisa kini terus berproses dengan penggalian secara masif. Salah satunya adalah konstruksi terowongan nomor satu yang dengan menggunakan bor raksasa atau tunnel boring machine (TBM). Penggalian terowongan sepanjang 1.885 meter tersebut sudah dimulai sejak awal kuartal keempat 2019. Alhasil jika tidak ada hambatan maka ribuan pekerja yang dikerahkan bisa menuntaskan terowongan pada 2021. Sehingga peluang beroperasi pada 2022, besar terwujud.

Hadirnya KCJB seolah menjadikan Indonesia melakukan lompatan besar di bidang transportasi publik. Pasalnya, rute Jakarta-Bandung lewat tol selama ini, rata-rata ditempuh sekitar 2,5 jam atau tiga jam jika dalam keadaan lancar. Pada akhir pekan atau hari libur nasional, perjalanan menggunakan kendaraan pribadi bisa memakan waktu lebih lama, bahkan bisa lima sampai enam jam.

Memang para pelaju maupun wisatawan memiliki alternatif menggunakan kereta rute Jakarta-Bandung, namun lama perjalanan juga sekitar tiga jam. Perjalanan kereta kadang mengalami keterlambatan lantaran jalur Jakarta-Bandung tidak sepenuhnya double track atau rel ganda. Alhasil, kadang kereta harus tertahan dan berhenti di stasiun atau jalur persilangan untuk dapat bergantian melaju.

Dengan semua kelebihan dan kekurangan sarana transportasi yang ada, jelas kehadiran kereta cepat menjadi salah satu alternatif unggulan bagi masyarakat yang ingin bepergian dengan waktu sangat singat dan jadwal akurat. Dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 36 menit, para penumpang bakal menikmati layanan transportasi kelas wahid dan terbaru yang pasti bakal mengundang decak kagum.

Hal itu lantaran rute kereta cepat dibangun melayang sepanjang 80 kilometer dan sisanya berada di atas tanah, serta menembus terowongan, yang itu jelas menyingkat waktu perjalanan. Berbeda dengan kereta biasa, rute KCJB dibangun double track sehingga tidak ada persilangan antarkereta dan prediksi sampai tujuan tidak akan meleset.

Tidak ada yang namanya kereta cepat berhenti di rel persilangan demi mempersilakan kereta lain melaju lebih dulu. Belum lagi, faktor pemandangan yang didapat penumpang menjadi nilai plus untuk menikmati layanan kereta yang hanya melayani empat stasiun ini.

Empat stasiun pemberhentian berada di Halim Perdanakusuma (Jakarta Timur), Karawang, Walini (Kabupaten Bandung Barat), dan Tegalluar (Kabupaten Bandung) yang dirancang juga menjadi depo. Setiap stasiun dibuat dengan konsep terintegrasi dengan moda transportasi massal di setiap wilayah.

Meski begitu, tetap saja ada keraguan yang muncul di benak sebagian masyarakat tentang pangsa pasar KCJB. Hal itu merupakan pendapat yang wajar, lantaran selama ini masyarakat sudah memiliki pilihan menggunakan kendaraan pribadi atau travel yang melayani rute jalan tol, atau bisa lewat jalan biasa, maupun naik kereta rute Jakarta-Bandung.

Sehingga, beroperasinya KCJB dapat dikatakan bukan untuk mematikan transportasi yang lebih dulu eksis, melainkan bakal melengkapi transportasi yang menghubungkan dua kota penting di Indonesia tersebut. Manajemen KCIC pernah menyinggung, layanan kereta cepat bakal terbagi tiga kelas pelayanan.

Terdiri kelas VIP, kelas I, dan kelas II. Tarif yang dipatok sekitar 300 ribu hingga maksimal Rp 500 ribu per penumpang. Tentu saja, tarif tersebut tidak dapat dikatakan mahal jika merujuk pada kompensasi waktu perjalanan yang dirasakan penumpang di sepanjang perjalanan, yang tahu-tahu sudah sampai tujuan akhir.

Jakarta sebagai ibu kota negara dan Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jabar bisa menjadi saling terhubung dan terasa dekat di hati. Konektivitas antarkedua kota besar ini bisa terjalin semakin baik dengan adanya kereta cepat. Warga Jakarta yang ingin berlibur ke Kota Bandung tidak perlu lagi merasakan kemacetan panjang jika naik KCJB. Pun dengan warga Bandung yang memiliki urusan pekerjaan di Jakarta bisa menjajal fasilitas kereta cepat.

Keuntungan lainnya, warga dari dua kota tersebut bisa merasakan pulang-pergi tanpa perlu menginap jika KCJB sudah beroperasi. Hal itu lantaran rute perjalanan yang dapat ditempuh dengan singkat membuat wisatawan memiliki opsi untuk berangkat pagi dan pulang malam sekaligus. Pastinya pola kebiasaan seperti itu nantinya tercipta jika benar Jakarta-Bandung dapat ditempuh dalam tempo di bawah kurang satu jam.

Meski begitu, kendala yang muncul sepertinya adalah pada tarif tiket. Dengan teknologi terbaru dan investasi puluhan triliun membuat tiket yang dipatok manajemen PT KCJB bisa tidak terjangkau semua kalangan. Kondisi itu sebenarnya bisa dimaklumi. Karena bagaimana pun juga, setiap moda transportasi memiliki segmen konsumen berbeda.

Jika ada orang ingin pergi ke Jakarta atau Bandung secara dadakan, ia bisa mencoba layanan kereta cepat. Adapun jika merasa perjalanan tiga jam cukup nikmat, bisa memilih kendaraan pribadi maupun kereta biasa yang saat ini beroperasi setiap hari.

Penulis pun optimistis keberadaan kereta cepat bakal menjadi primadona baru bagi masyarakat dua kota tersebut. Perlu diketahui, kelompok menengah ke atas di Jakarta maupun Bandung Raya jumlahnya mencapai jutaan.

Ambil saja sekitar 10 persen dari 10 juta penduduk Ibu Kota dan 10 persen dari 8,5 juta penduduk Bandung Raya berstatus kelas menengah atas membuat mereka menjadi pangsa pasar KCJB. Alhasil, hadirnya kereta cepat bakal membawa peradaban baru bagi masyarakat untuk menikmati layanan transportasi terkini di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement