Rabu 07 Oct 2020 20:03 WIB

Uang Beli Rokok Warga Sawahlunto Capai Rp 5 Miliar

kami membuat regulasi untuk pelarangan iklan rokok

Petugas teller menghitung pecahan uang rupiah di Kantor Pusat Bank Mandiri, Kamis (28/6).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Petugas teller menghitung pecahan uang rupiah di Kantor Pusat Bank Mandiri, Kamis (28/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Wali Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat Deri Asta mengungkapkan total uang masyarakat setempat yang digunakan untuk berbelanja rokok mencapai Rp5 miliar per tahun.

"Sawahlunto hanya kota kecil, penduduknya 60 ribu jiwa tapi angka pembelian rokok luar biasa dan jelas ini bukan belanja yang sehat sehingga kami membuat regulasi untuk pelarangan iklan rokok," katanya di Padang, Rabu (7/10)pada webinar"Menagih Komitmen Pemerintah Pusat Melarang Iklan Rokok" yang diselenggarakan Alinea Forum.

Ia mengatakan Pemerintah Kota Sawahlunto membuat Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR) pada 2014 karena pihaknya menyadari harus ada regulasi meminimalkan perkembangan iklan rokok.

"Kemudian selain perda, kami juga melarang iklan rokok karena berdasarkan temuan yang ada iklan mempengaruhi masyarakat dan anak-anak untuk merokok," katanya.

Pihaknya membuat PerwakoNomor70 tahun 2019 tentang Larangan Reklame Rokok di Kota Sawahlunto.

Dengan regulasi tersebut pihaknya mendapatkan penghargaan sebagai kota yang peduli terhadap anak tingkat nindya dari pemerintah pusat.

Ia mengakui dalam membuat regulasi tersebut ada yang setuju dan tidak setuju.

"Namun setelah dikomunikasikan dengan baik akhirnya dapat dipahami warga seperti pemilik warung yang memasang reklame rokok," ujarnya.

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan regulasi soal pelarangan iklan rokok pihaknya bekerja sama dengan banyak pihak.

"Dengan demikian pengawasan perda bisa maksimal," katanya.

Terkait dengan adanya pendapatan daerah yang berkurang karena tidak ada iklan rokok, ia menilai ini bukan sebatas materi saja karena generasi muda yang terpapar dari rokok nilainya tak bisa dihitung dengan uang kerugiannya.

Diharapkan dengan adanya perda dan perwako angka pembelian rokok bisa berkurang dan tidak ada lagi yang menjual rokok kepada anak di bawah umur, demikianDeri Asta.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement