REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mengecek keberadaan alat early warning system (EWS) di pesisir selatan. Hasilnya ada satu unit alat EWS yang mengalami kerusakan di Kecamatan Palabuhanratu.
Pengecekan itu merupakan tanggapan atas hasil riset ITB terkait megatrust akan menyebabkan gempa dan tsunami di selatan Jawa Barat. '' Alat EWS yang masih berfungsi dua di Kecamatan Tegalbuled dan dua di kecamatan Cibitung,'' ujar Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Maman Sulaeman kepada Republika.co.id, Ahad (4/10).
Sementara, alat EWS yang mengalami kerusakan berada di Kecamatan Palabuhanratu. Alat EWS itu, kata dia, memang pemeliharaannya cukup mahal sehingga di beberapa titik ada kerusakan tetapi diupayakan sesegera mungkin segera berfungsi.
Namun, Maman mengatakan yang terpenting bukan EWSnya karena ada yang lebih efektif dan baik dengan menggunakan kearifan lokal. Misalnya dengan kentongan semua warga di pantai selatan mempunyai kentongan.
Maman menuturkan, ketika gempa terjadi bagaimana memberi tahu warga bahwa gempa berpotensi tsunami agar mereka berlindung atau menghindari. Langkah itu untuk mencegah timbulnya korban jiwa akibat tsunami.
Di sisi lain, kata Maman, BPBD juga menggiatkan edukasi dan memberikan pemahaman serta pelatihan kepada masyarakat. Selain itu, BPBD membuat jalur evakuasi dan membuat lahan evakuasi itu yang disiapkan.
Berdasarkan posisi geografis wilayah selatan dari segi jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat yakni Kecamatan Palabuhanratu, Cisolok dan Cikakak. Di samping itu Ciemas dan Ciracap karena ada pantai selatan dan lainnya Tegalbuleud karena landai lahan evakuasinya dan agak jauh dari permukiman masyarakat.
'' Terkait riset ITB kita ambil hikmahnya dari setiap penelitian belum ada yang terbukti hari pasti kejadiannya,'' ujar Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Sukabumi Raden Gani Muhammad. Di mana warga harus meningkatkan kewaspadaan apalagi ada fakta bahwa tsunami pernah terjadi di wilayah pantai selatan.