Rabu 30 Sep 2020 12:41 WIB

Ridwan Saidi Ceritakan G30S/PKI, HMI, dan Kabar Simpang Siur

Pangdam Jaya menjelaskan ada pemberontakan dan pembunuhan perwira TNI oleh PKI.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Agus Yulianto
Budayawan, Ridwan Saidi
Foto: ROL/Wisnu Aji Prasetiyo
Budayawan, Ridwan Saidi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Babe Ridwan Saidi masih ingat bagaimana kondisi akhir September 1965 silam. Menurutnya, Kamis di hari pemberontakan itu, tak ada satupun yang mengetahui kejadian tersebut, hingga keesokan harinya dari siaran radio diketahui ada tujuh perwira yang terbunuh.

"Waktu itu kita nggak tau apa-apa, waktu siaran radio dari Untung juga kita masih nggak ngerti apa yang terjadi," ujar sejarawan Betawi itu ketika dihubungi Republika Rabu (30/9).

Sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kala itu, dirinya dan anggota lain berinisiatif berkumpul di markas HMI. Tak lain, untuk mencari informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Kamis malam 30 September 55 tahun silam itu.

"Informasi masih simpang siur saat itu. Baru tanggal 3 Oktober, kami diberitahu Jenderal Umar Wirahadikusumah mengenai kejadian Kamis malam sebelumnya," ujar dia.

Umar Wirahadikusumah yang kala itu menjabat Pangdam Jaya, kata Babe, menjelaskan jika ada pemberontakan dan pembunuhan perwira TNI oleh orang dari PKI. Namun demikian, dirinya mengaku tak mendapat informasi rinci soal kejadian malam itu.

"Keesokan harinya tanggal 4, kami (HMI) melakukan aksi mengutuk pemberontakan itu," tuturnya.

Dalam kurun waktu tersebut, Babe melanjutkan, belum ada pengejaran pada partisan-partisan PKI. Mengingat, ketujuh jenazah juga baru ditemukan sore hari 4 Oktober 1965. "Intinya itu pemberontakan PKI titik," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement