Rabu 30 Sep 2020 10:31 WIB

Pemerintah Sayangkan Masih Ada Warga Percaya Kebal Covid

Infeksi virus covid bisa menyerang siapapun tanpa memandang latar belakang kesehatan.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Agus Yulianto
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyayangkan masih adanya sebagian masyarakat Indonesia yang percaya bahwa diri mereka tidak mungkin tertular Covid-19. Fakta ini terungkap dalam survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan masih ada 17 persen masyarakat yang yakin tidak akan terinfeksi corona.

"Kita menyayangkan adanya persepsi masyarakat yang menyatakan kebal terhadap covid-19," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers, Selasa (29/9) sore.

Wiku mengingatkan, pada prinsipnya tidak ada yang namanya manusia kebal dari Covid-19. Infeksi virus ini bisa menyerang siapapun tanpa memandang latar belakang kesehatannya.

"Virus ini tidak mengenal tua atau muda, kaya atau miskin, siapapun bisa tertular. Sekali lagi tidak ada yang kebal. Jangan sekali-sekali kita berpikir bahwa karena rajin olahraga atau berdiam diri di rumah kita bisa kebal. Karena tertular itu bisa mudah terjadi dari siapapun yang kita temui," katanya.

Karena penularan yang sangat mudah bida bisa menyerang siapapun, Wiku meminta, masyarakat agar benar-benar menjalankan protokol kesehatan atau 3M, yakni mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

"Untuk masyarakat yang sudah paham mohon agar saudara-saudara sekalian ingatkan orang lain yang belum sadar agar betul-betul kita menjadi satu kekuatan besar secara nasional untuk melawan virus ini," ujarnya.

Dalam survei daring yang digelar BPS pada 7-14 September lalu terkait persepsi kemungkinan terinfeksi virus corona, hasil survei menunjukkan sebanyak 29,4 persen responden menilai 'mungkin' untuk tertular. Sementara itu, sebanyak 34,3 persen responden berpikir 'cukup mungkin' untuk tertular. Sebanyak 19,3 persen responden juga menilai 'sangat mungkin' tertular. 

Sisanya, 12,5 persen responden meyakini diri mereka 'tidak mungkin' untuk tertular dan 4,5 persen menilai 'sangat tidak mungkin'. "Jadi 17 dari 100 responden, mereka katakan bahwa mereka sangat tidak mungkin atau tidak mungkin tertular covid-19." ujar Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam keterangan pers, Senin (28/9).

Menariknya, persepsi responden bahwa mereka 'tidak mungkin' dan 'sangat tidak mungkin' tertular Covid-19 cukup terkait erat dengan tingkat pendidikan. Bila dilihat dari persentasenya, jawaban 'sangat tidak mungkin' dan 'tidak mungkin' tertular Covid-19 paling banyak ditemui pada responden dengan latar pendidikan SD dan SMP. Masing-masing menyumbang persentase 33,69 persen dan 32,58 persen. 

Sementara semakin tinggi tingkat pendidikan, maka jawaban 'tidak mungkin' dan 'sangat tidak mungkin' tertular Covid-19 semakin sedikit ditemui. Pada jenjang SMA dan sarjana masing-masing persentasenya hanya 25,46 persen dan 13,41 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement