REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Taruna Siaga Bencana (Tagana) Maluku Utara (Malut) menyatakan, Kabupaten Pulau Morotai, harus menyiapkan jalur evakuasi. Pasalnya, wilayah tersebut masuk sebagai salah satu daerah di bibir Pasifik yang rawan bencana gempa bumi.
Ketua FK Tagana Provinsi Malut, Achmad Baligi dihubungi, Senin (28/9), mengatakan, Pulau Morotai sebagai daerah rawan bencana dan seringkali terjadi gempa berpotensi terjadi tsunami. Untuk itu masyarakat diminta waspada.
"Sebagian masyarakat yang ada di pesisir Pulau Morotai belum mengetahui tentang antisipasi bencana yaitu kesiapsiagaan, mitigasi bencana dan memberikan pemahaman agar mereka dapat memahami pada saat bencana terjadi, yaitu tentang penyelamatan diri sesuai jalur-jalur evakuasi ke tempat aman," ujarnya.
Menurut dia, gempa atau yang disebut Jalur Cincin Api (Ring Fire) yang sering terjadi pergerakan dua lempengan besar yaitu Indonesia Australia dan Indonesia Pasifik. Melalui Permensos RI 128/tahun 2011 Tentang Kampung Siaga Bencana ( KSB), untuk itu di setiap kampung harus dibentuk siaga bencana.
"Di kampung harus ada anggota KSB dari masyarakat. Jadi, masyarakat harus terlatih serta diberikan pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat tentang tanggap bencana salah satu edukasi bencana," kata Achmad.
Hal ini terlihat dengan berbagai kejadian bencana gempaseperti terjadi pada 4 Juni 2020 dengan magditudo 7,1 SR mengakibatkan kerusakan rumah penduduk dan fasilitasi lainnya. Kemudian, pada 26 September 2020 terjadi gempa dengan magdituro 4,1 SR lokasi 29 Timur Laut dengan kedalaman 38 KM dari Kota Daruba-Morotai, Malut.
Ia berharap agar Pulau Morotai harus membentuk KSBsebagai model pendekatan penanggulangan bencana. Masyarakat morotai diminta selalu siap, dan perlu memperhatikan petunjuk jalur-jalur evakuasi atau tempat atau titik aman.