REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengidentifikasi tiga penyebab angka terkonfirmasi positif Covid-19 terus meningkat di Indonesia, sejak pekan lalu. "Menurut data per 20 September 2020 secara nasional kenaikan kasusnya sebanyak 8,4 persen. Penyumbang kasus-kasus tertinggi yaitu dari provinsi Jawa Barat, Banten, Sulawesi Selatan, Riau dan Papua sedangkan jumlah kasus tertingginya berasal dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di Kantor Presiden Jakarta, Kamis (24/9).
Pada hari ini terjadi penambahan kasus sebanyak 4.634 kasus. Sedangkan pada Rabu (23/9) ada 4.465 kasus, pada Selasa (22/9) terdapat 4.071 kasus, pada Senin (21/9) ada penambahan 4.176 kasus. Pada Ahad (20/9) bertambah 3.989 kasus, pada Sabtu (19/9) bertambah 4.168 kasus dan pada Jumat (18/9) ada tambahan 3.891 kasus.
"Kenaikan kasus dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama memang masyarakat belum disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan dan hal ini diperburuk dengan perilaku masyarakat yang masih sering berkerumun sehingga meningkatkan risiko penularan," ungkap Wiku.
Penyebab kedua, menurut dia, seiring dengan berjalannya waktu masyarakat makin lengah. "Masyarakat mengabaikan protokol kesehatan dan seolah tidak memiliki empati meski telah menyaksikan begitu banyak korban yang muncul setiap hari menjadi kasus positif Covid-19," tambah Wiku.
Penyebab ketiga, sebagian besar masyarakat masih takut untuk melakukan tes ketika memiliki gejala karena adanya stigma negatif di masyarakat. "Adanya ketakutan karena potensi biaya tinggi dalam perawatan apabila positif COVID-19. Di sini kami himbau masyarakat tidak memandang negatif kepada mereka yang positif Covid-19 karena penyakit ini bukan penyakit yang memalukan. Siapapun yang terkena Covid-19 harus kita bantu dan kita sembuhkan," ungkap Wiku.
Wiku meminta masyarakat tidak usah khawatir terhadap biaya perawatan karena seluruhnya ditanggung oleh pemerintah baik dengan BPJS maupun tidak dengan BPJS.
"Kami juga melihat tren berita bahwa ada berita yang mengatakan terjadinya konspirasi anti-covid yang belum tervalidasi dan tidak berbasis pada data ilmiah yang sayangnya masih dipercaya oleh masyarakat," tambah Wiku.
Wiku pun menghimbau agar masyarakat betul-betul bisa bekerja sama dengan pemerintah. Karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dan memerlukan kolaborasi bersama masyarakat untuk dapat menekan angka penularan.
Ia menjelaskan, Satgas dalam dua pekan terakhir juga telah mengidentifikasi dan bekerja sama dengan persatuan hotel dan restoran Indonesia. Tujuannya untuk mendata hotel hotel bintang dua dan bintang tiga di 9 provinsi prioritas. "Per 22 September 2020 kami sudah mengidentifikasi beberapa hotel untuk kepentingan tersebut," kata Wiku.
Di Sumatra Utara ada enam hotel dan jumlah kamarnya pada saat ini adalah 449 dan ini bisa bertambah lagi sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya di Jawa Barat ada 17 hotel dan jumlah kamarnya ada 949; di DKI Jakarta ada 31 hotel dengan jumlah kamar 4.116; di Jawa Timur ada 16 hotel dengan jumlah kamar 2.160; di Bali ada 10 hotel dan jumlah kamarnya adalah 1.559; di Kalimantan Selatan jumlah hotelnya ada 13 dengan jumlah kamar 992; di Papua jumlah hotelnya adalah 13 dengan jumlah kamar 1.797.
"Jadi hotel dan jumlah kamar cukup memadai untuk kepentingan mendukung isolasi mandiri dan ini atas kerja sama pemerintah pusat dengan PHRI dan pemerintah daerah. Sehingga masyarakat yang memerlukan isolasi mandiri dapat tertangani dengan baik di fasilitas tersebut," ungkap Wiku.