REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan menetapkan Kabupaten Banyuasin menjadi sentra budidaya tanaman porang untuk semakin mengoptimalkan pengembangan komoditas pertanian tersebut.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan pemerintah provinsi (pemprov) akan menjadikan Kabupaten Banyuasin sebagai daerah percontohan untuk pengembangan pertanian umbi porang.
“Targetnya cukup tinggi yakni menjadikan Banyuasin sebagai sentra tanaman porang di Indonesia. Ini sangat mungkin karena Banyuasin menjadi sentra beras di Sumsel, dan lagi pula budidaya porang ini sangat menjanjikan,” kata Herman Deru di Palembang, Kamis (18/9).
Deru memaparkan porang dapat diolah menjadi panganan pengganti beras, yakni bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, dan bahan untuk pembuatan lem atau jelly.
“Sebetulnya tanaman ini di Sumsel tidak asing. Namun selama ini tidak pernah dibudidayakan. Oleh karena itu kami mendorong pengembangannya,” kata dia.
Gubernur berharap dengan adanya inisiatif budidaya porang tersebut juga berpotensi menghidupkan lahan kosong yang selama ini tidak produktif.
Namun, ia menekankan bahwa upaya ini tidak menganggu sebaran areal pertanian di Banyuasin.
“Saya justru tidak mau, lahan yang sudah produktif justru dibabat dan diganti porang. Itu tidak boleh terjadi,” kata dia.
Oleh karena itu, dirinya menginstruksikan dinas terkait untuk memetakan kawasan mana yang bisa dijadikan lahan untuk porang.
Menurut Deru, jika nantinya budidaya porang mendapatkan hasil yang baik untuk pembangunan ekonomi masyarakat, maka dirinya akan turun langsung berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk penambahan lahan.
Dalam jangka panjang, kata dia, pemprov mendorong munculnya pabrik pengolahan porang di Banyuasin. Dengan demikian, petani mendapat kepastian pemasaran komoditas tersebut.
Sementara itu, Bupati Banyuasin Askolani mengatakan pemkab meyakini tanaman porang dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi. Apalagi, pertanian membawa Kabupaten Banyuasin menduduki posisi ke-4 nasional sebagai produsen beras.
“Banyak yang belum paham jika porang ini bernilai ekonomis. Padahal porang ini ada di Banyuasin. Itulah kami lakukan di sini. Harapannya dapat terus mendongkrak pangan di Banyuasin,” kata dia.
Menurutnya, porang memiliki prospek yang luar biasa untuk dibudidayakan selain padi dan jagung.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, mengatakan porang dapat menjadi tanaman sela di kebun karet yang merupakan sektor perkebunan andalan Sumsel.
“Saat ini telah banyak petani, khususnya petani karet yang menanam porang di antara tanaman pokok dengan memanfaatkan bibit yang diambil dari pinggiran hutan,” kata dia.
Ia mengatakan sebagian petani juga membeli secara swadaya seperti yang dilakukan masyarakat di Desa Lecah, Kecamatan Lubai ulu, Kabupaten Muara Enim. Para petani ini meyakini porang memiliki potensi sebagai sumber penghasilan tambahan, kata dia.
Tanaman porang di Sumsel lebih dikenal juga dengan nama talas ular, merupakan spesies dari amorphophallus muelleri.
Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan, dan sebagai emulsifier atau pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang.
Porang juga merupakan tanaman yang toleran dengan naungan hingga 60 persen. Tanaman ini dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl.