Kamis 17 Sep 2020 09:31 WIB

Erick Thohir: Abah Alwi Wartawan Berdedikasi Tinggi

Meninggalnya Abah Alwi merupakan kehilangan besar untuk keluarga Republika.

Profil Abah Alwi Shahab
Foto: Republika
Profil Abah Alwi Shahab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN, Erick Thohir menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggal dunianya wartawan senior, Alwi Shahab. Abah Alwi, begitu almarhum biasa disapa, meninggal dunia pada Kamis, 17 September 2020 pada pukul 03.00 WIB di rumahnya di wilayah Condet, Jakarta Timur.

"Innalillahi wa innailaihi rojiun. Telah berpulang salah satu wartawan senior Republika, Alwi Shahab. Beliau memiliki dedikasi dan berintegritas tinggi, berkepribadian baik, dan loyalitas kepada pekerjaan yang luar biasa," kata Erick Thohir di Jakarta, Kamis (19/9).

Erick menyampaikan, meninggalnya Abah Alwi merupakan kehilangan besar bagi keluarga besar Republika, khususnya, dan dunia jurnalistik kehilangan salah satu wartawan terbaiknya. Erick berdoa semoga Abah Alwi husnul khatimah, diampuni dosa-dosanya, dimaafkan kesalahannya, dilapangkan kuburnya, dan dimudahkan jalannya menuju surga.

"Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan ketabahan dan kesabaran. Saya mewakili keluarga Republika mengucapkan banyak terima kasih kepada Abah Alwi dan keluarga besar. Selamat jalan Abah."

Abah Alwi, demikian ia akrab disapa, seorang wartawan yang telah menjalani profesinya hampir 60 tahun. Kariernya dimulai tahun 1960 sebagai wartawan kantor berita Arabian Press Board di Jakarta. Sejak Agustus 1963 ia bekerja di kantor berita Antara.

Berbagai jenis liputan digelutinya saat di Antara, mulai dari reporter kota, kepolisian, parlemen, sampai bidang ekonomi. Selama sembilan tahun (1969-1978), anak Betawi kelahiran Kwitang, Jakarta Pusat ini, menjadi wartawan Istana.

Sepanjang bertugas sebagai wartawan, Alwi Shahab kerap melakukan liputan di luar negeri. Di antaranya, tahun 1983 ia mengunjungi perbatasan Malaysia-Thailand untuk meliput operasi penumpasan gerakan Komunis oleh tentara Malaysia.

Pensiun dari Antara tahun 1993, ia bergabung dengan HU Republika. Tanpa kesulitan Abah Alwi langsung beradaptasi dengan lingkungan baru yang dihuni oleh orang-orang muda.

Dengan komitmennya yang tinggi terhadap kewartawanan Abah Alwi langsung menjadi contoh bagi rekan yuniornya, bagaimana seseorang bisa menjadi wartawan sejati, walau telah memasuki usia senja. Ia tak kalah produktif dibandingkan dengan rekan yuniornya.

Sejak di Republika, ia mulai menulis artikel-artikel tentang sejarah kota Jakarta, baik dalam bentuk tulisan lepas, di rubrik kebudayaan, maupun di rubrlik Sketsa Jakarta dan Nostalgia. Abah Alwi seolah-olah tidak kehabisan bahan untuk mengangkat permasalahan kota Jakarta, terutama kisah-kisah tempo doeloe-nya. Untuk objektivitas penulisan, ia bukan saja mendatangi nara sumber, menelaah berbagai koleksi dan bahan, tetapi juga mendatangi tempat yang menjadi bahan penulisannya. Selamat jalan Abah Alwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement