REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Kota Cirebon menjadi tujuan bagi jutaan pendatang dari luar daerah yang beraktivitas ekonomi pada pagi dan siang hari. Kondisi itu menyebabkan daerah tersebut menjadi rawan penyebaran covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon Edy Sugiarto menjelaskan jumlah penduduk Kota Cirebon sebenarnya hanya sekitar 300 ribu jiwa. Namun jumlahnya akan meningkat di siang hari.
"Di siang hari, jumlahnya bisa mencapai 1,5 juta sampai 2 juta jiwa," kata Edy, Senin (14/9).
Ha itu dikarenakan Kota Cirebon merupakan pusat kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah Ciayumajakuning. Karenanya, pada pagi hingga sore hari Kota Cirebon didatangi oleh penduduk dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, maupun Kuningan.
"Ini seperti efek pingpong. Bisa jadi mereka yang datang merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG)," tutur Edy.
Dengan kondisi tersebut, Edy menilai Kota Cirebon sangat rawan terhadap penyebaran Covid-19. Bahkan, saat ini dari 22 kelurahan yang ada di Kota Cirebon, sebanyak 13 kelurahan di antaranya merupakan zona merah. Sedangkan yang lainnya biru dan hijau.
"Tapi dengan banyaknya warga yang singgah, semua kelurahan berpotensi menjadi merah," terang Edy.
Untuk itu, Edy berharap semua pihak harus kompak dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 baik di hulu maupun hilir. Di hulu, petugas kesehatan terus melakukan tugasnya yaitu melakukan testing massal, tracing, isolating, dan treatment terus menerus.
"Masyarakat juga harus disiplin dengan menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) secara ketat," tandas Edy.