Ahad 13 Sep 2020 00:03 WIB

IDI: Sehari Enam Dokter Meninggal

Kabar yang beredar di media sosial soal meninggalnya dokter tak sepenuhnya benar.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas memakamkan jenazah Covid-19, di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Data Ikatan Dokter Indonesia menunjukkan per Sabtu (12/9) ada 115 dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Petugas memakamkan jenazah Covid-19, di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Data Ikatan Dokter Indonesia menunjukkan per Sabtu (12/9) ada 115 dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Mohammad Adib Khumaidi menyebut, dalam 24 jam terakhir ada enam dokter yang meninggal karena Covid-19. Total jumlah dokter yang meninggal karena Covid-19 hingga Sabtu (12/9) telah mencapai 115 dokter.

"Iya, ada tambahan enam orang," kata dia ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Sabtu (12/9).

Baca Juga

Ketika ditanya kabar yang beredar di media sosial, terkait lima dokter yang meninggal karena Covid-19 ia menampiknya. Ia menjelaskan, almarhum dr Fuad Mahfudz meninggal bukan karena Covid-19.

Dalam kabar yang beredar di media sosial disebut bahwa pada Sabtu (12/9) lima dokter berpulang karena Covid-19. Mereka adalah dr Ananto Prasetya Hadi (Ka Humas RSCM), dr Fuad Mahfuzd SpTHT, Kol Ckm dr Sjahruddin SpTHT-KL, dr Oki Alfian bin H Alamsyah, dan dr Dharma Widya (Direktur RSUD Aceh Timur).

"Data yang resmi dari kami hanya jumlah saja," katanya.

Mengutip data dari Survei Tim Mitigasi IDI, menurut Adib, 115 dokter yang meninggal itu, tujuh di antaranya berstatus guru besar. Selain itu, 51 lainnya merupakan dokter spesialis dan 57 lainnya adalah dokter umum.

"Dengan kondisi saat ini, kami meminta masyarakat untuk tetap membantu melakukan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas," kata dia.

Sebab, jika masyarakat masih abai dalam protokol kesehatan, maka berisiko pada kenaikan kasus. Akan terjadi eskalasi kasus dengan jumlah yang besar.

"Itu juga akan berisiko pada dokter dan tenaga medis kesehatan, khususnya dari paparan virus itu sendiri," ungkap dia.

Masyarakat sebagai garda terdepan, menurut Adib, juga harus selalu berkomunikasi di tingkat lingkungan. Upaya untuk saling mengontrol dan mengedukasi sesama masyarakat terkait penerapan protokol kesehatan harus dijalankan.

"Itu juga sangat penting," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement