REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Meiliza Laveda
Puing-puing sisa kebakaran rumah masih terlihat di Jalan Jatinegara Barat Bali Mester, Jakarta Timur (Jaktim). Insiden yang terjadi pada Senin (7/9), masih melekat rasa pilu pada warga. Belasan rumah warga hangus dilalap si jago merah.
Untuk sementara waktu, para korban terpaksa mengungsi di SDN 06 Bali Mester Jakarta Timur. Di depan sekolah, ada dua toilet umum hasil dari bantuan dinas sosial. Ketika masuk, sudah tampak tenda darurat tempat para korban tinggal sementara.
Memasuki tenda biru, di ujung tenda, ada Samsiah (72 tahun) sedang menunggu giliran dibagikan sajadah dan selimut. Raut wajahnya berubah menjadi sedih lantaran dia bercerita mengingat peristiwa Maghrib itu, saat kebakaran mulai terjadi.
"Jadi kejadiannya selesai shalat Maghrib, sudah ada api. Orang-orang pada keluar rumah teriak-teriak," ujar Samsiah saat ditemui Republika, Rabu (9/9)
Tak lagi memikirkan untuk mengambil harta benda, Samsiah hanya berfokus pada menyelamatkan diri beserta anaknya dari amukan api. Semua rumahnya dalam waktu singkat ludes terbakar, hanya menyisakan tembok.
Api diduga berasal dari salah satu rumah tetangga, namun Samsiah mengaku tak pernah menyalahkan hal itu. Menurut dia, yang namanya musibah tak mengenal siapa pun, para korban di tenda hanya bisa pasrah dan saling menguatkan.
Nantinya setelah di posko, Samsiah mencari kontrakan untuk tinggal sementara. Ada teman kecilnya yang rela menampung para korban kebakaran dengan tidak mematok harga tinggi. "Ada yang nawarin kontrakan jadi Rp 300 ribu per bulan. Rencana mau ke sana kalau rumah belum benar-benar bisa ditinggali," kata Samsiah.
Korban lain, Ridwan (46) mengaku pasrah dengan keadaan ini. Sebelumnya, ia bekerja sebagai penjual nasi uduk dan pengemudi ojek daring. "Lagi susah ditambah kebakaran ini ya sudah semua barang-barang habis. Enggak tahu lagi cuma berharap dari bantuan pemerintah."
Saat peristiwa berlangsung, ia tidak memikirkan harta benda. Hanya istri, kedua anaknya, dan ibunya selamat. Kebakaran ini membuatnya tidak bisa bekerja. Tabungan yang ia simpan hangus terbakar. Hingga saat ini, ia hanya bergantung pada bantuan pemerintah.
"Belum ada kepikiran mau cari nafkah saat ini. Kepikiran bagaimana rumah berdiri lagi. Kalau rumah berdiri pikiran kita ada tujuan mau ke mana," tutur Ridwan.
Sampai saat ini trauma yang dirasakan masih ada, namun telah berkurang. Ridwan menuturkan, jika terus merasakan trauma, ia bakal semakin terpuruk. Terkadang, teman Ridwan datang untuk memberikan bantuan dan menghiburnya supaya bisa lekas bangkit. Dia berharap agar pemerintah dapat terus memerhatikan warganya terutama di tengah pandemi.
Ketua RW 03 Bali Mester, Hendra mengatakan, karena lahan di kawasan Bali Mester terbatas, gedung SDN 06 Bali Mester akhirnya dijadikan posko pengungsian. "Ya karena memang di wilayah RW 03 Kelurahan Bali Mester situasi lahan susah, akhirnya didukung aparat kelurahan dan kecamatan memang mengarahkan ke sini. Pihak kepala sekolah menyetujui," kata dia.
Tenda ini menampung 87 korban jiwa dari 28 kepala keluarga (KK). Hendra bersyukur, bantuan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus berdatangan. Terutama dari masalah sampah hingga pangan. Disediakan pula toilet umum di depan sekolah.
Selain itu, untuk makan, juga dibantu dari pihak Palang Merah Indonesia (PMI) dan Suku Dinas Sosial Jaktim. "Sehari tiga kali ada semua. Jadi masyarakat tercukupi," ujar Hendra. Karena situasi pandemi, Hendra tak berhenti untuk selalu mengimbau warga agar selalu menerapkan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Lurah Bali Mester, Nugroho Bawono mengatakan untuk kebutuhan logistik lengkap ditambah dengan tim medis yang selalu stand by di lokasi pengungsian. Petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Bali Mester dan Satuan Pelaksan Dinas Lingkungan Hidup Jatinegara juga telah membersihkan lokasi kebakaran.
Pihaknya masih terus mengupayakan agar mendapatkan terpal untuk atap rumah. "Kami masih terus upayakan terpal untuk menutup atap rumah yang terbakar. Sehingga warga dapat kembali tinggal di rumahnya sambil mereka membangun kembali secara mandiri," tutur Nugroho.
Dia juga terus menyampaikan kepada pihak RW jika ada kendala dan ada kebutuhan pengungsi yang mendesak harap diberitahukan kepada pihak kelurahan. Nantinya masalah yang ada dikoordinasikan kepada instansi terkait supaya cepat tertangani.