REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Mimi Kartika, Binti Sholikah
Organisasi Masyarakat (Ormas) Tikus Pithi menargetkan pasangan Bagyo Wahyono-FX Supardjo menang tipis atas Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa pada kontestasi Pilkada Surakarta 2020. Ketua Umum Ormas Tikus Pithi Tuntas Subagyo yang secara resmi mendukung pasangan Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo), di Solo, Jawa Tengah, Senin (7/9), mengatakan, tidak ingin muluk-muluk memasang target kemenangan pada Pilkada Surakarta 2020 yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 9 Desember.
"Cukup 1 persen di atas mas Gibran, tidak usah muluk-muluk, yang penting menang. Enggak usah terlalu jauh, nanti dikira ngoyo-woro (mengada-ada)," kata Tuntas.
Tuntas mengeklaim tidak memiliki dana sama sekali untuk mengumpulkan massa. Selama ini, menurutnya, masyarakat yang bergabung di ormas Tikus Pithi tersebut hanya berbekal militansi.
"Kami rintis Ormas Tikus Pithi dari enam tahun lalu, kami kelola mereka, dibentuk jadi militansi. Bentuknya sosial, gotong royong, kebersamaan. Bahkan kemarin saat mengantarkan Bajo mendaftar ke KPU, mereka jalan kaki dua jam lebih tidak ada yang sambat (mengeluh) karena selama ini pemikiran mereka adalah satu komando. Termasuk pada pilkada ini kami rintis sudah sejak satu tahun yang lalu, termasuk mengumpulkan KTP, jauh sebelum Gibran muncul kami sudah gerak dan deklarasi," katanya.
Menurut Tuntas, Tikus Pithi memiliki banyak anggota dari berbagai daerah di Indonesia. Namun, Tuntas tidak menyebutkan angka pasti jumlah anggota ormasnya.
"Kalau anda keluar saat malam hari, lihat ke atas, ada bintang-bintang. Sebanyak itulah anggota kami. Kalau kami keluarkan semua mungkin Solo 'nggak' muat. Kami setiap tahun ada acara, gelar budaya nusantara, doa lintas agama, Agustusan, setiap acara kurang lebih dihadiri hingga 100.000 peserta. Tidak ada tokohnya, tokohnya ya wong cilik," katanya.
Mengenai diusungnya pasangan Bajo oleh ormas tersebut, ia mengatakan kedua sosok ini bisa menjadi pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab.
"Saya kenal beliau berdua ini sejak 2014, mereka juga ikut merintis Tikus Pithi ini dari awal. Insya Allah mereka amanah, jujur, tanggung jawab, tidak neko-neko. Jadi pemimpin adalah amanah, bukan kebanggaan. Nanti kalau sudah bisa menciptakan sejarah, itulah kebanggaan. Pemimpin harus siap mengemban amanah penderitaan rakyat, itu yang dikatakan Bung Karno," katanya.
Mengenai latar belakang pendidikan keduanya yang berupa kejar paket C dan lulusan program studi D3, menurut Tuntas, mengatakan hal itu bukan merupakan kendala untuk menjadi pemimpin.
"Kadang-kadang orang 'jalanan' (berpendidikan rendah) pemikiran mereka jauh lebih matang, lebih luas. Saya mengelola Tikus Pithi ini bertahun-tahun, di situ saya tahu bahwa pendidikan adalah tambahan dari moral, yang utama adalah moral. Sepintar-pintarnya pemimpin kan butuh staf ahli," katanya.
Pada Pilkada Surakarta 2020 pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa yang diusung oleh PDIP dan beberapa parpol lain akan bersaing dengan pasangan Bajo yang merupakan calon independen. Sebelumnya, pada 21 Agustus, Komisi Pemilihan Umum Kota Surakarta, Jawa Tengah, memutuskan pasangan Bajo lolos verifikasi faktual (verfak).
"Pasangan Bajo dari hasil verfak data dukungan tahap pertama dan masa perbaikan totalnya 38.831 pendukung, sedangkan syarat dukungan minimal 35.870 pendukung atau sudah melebihi," kata Ketua KPU Kota Surakarta Nurul Sutarti usai Rapat Pleno Rekapitulasi Dukungan Balon Perseorangan dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta 2020 masa perbaikan di Solo, Jumat (21/8).
Menurut Bagyo, dirinya bersama pasangannya FX Supardjo sudah mempersiapkan diri sejak jauh hari untuk ikut berkompetisi di Pilkada Solo.
"Kami akan konsolidasi dengan relawan Tikus Pithi, dan menggalang koalisi rakyat," kata Bagyo, Jumat (21/8).
Ketua Tim Pemenangan Bajo, Robert Hananto juga mengatakan, pasangan yang diusung Tikus Pithi tersebut sudah mempersiapan jauh-jauh hari untuk maju di Pilkada Solo, bahkan sebelum munculnya pasangan Gibran-Teguh.
"Jadi siapapun lawan yang akan kami hadapi, kami siap dan ini juga menjadi satu hal yang luar biasa ketika kami harus berhadapan dengan Mas Gibran otomatis kami harus membuat strategi-strategi baru yang lebih baik dari yang sudah kami rancang kemarin," imbuh Robert.
In Picture: Gibran Direkomendasikan PDI-P Maju Pilkada Solo
Pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Agus Riewanto mengatakan, munculnya Bajo membuat Pilwalkot Solo menjadi lebih kompetitif karena diikuti lebih dari satu pasangan. Akan tetapi, ia menilai, sebenarnya Gibran justru lebih sulit melawan kotak kosong dibandingkan paslon dari jalur independen.
"Menurut saya, kalau dia bertanding dengan kertas kosong jauh lebih berat sebenarnya karena kan harus memenangkan angka mayoritas absolut 50 persen + 1, itu jauh lebih berat," ujar Agus saat dihubungi Republika, Sabtu (22/8).
Sebab, di atas kertas, Gibran sangat berpeluang menang jika melihat sejarah yang menunjukkan, calon yang diusung PDIP di pilkada Solo tak pernah kalah. Ditambah dengan komposisi koalisi partai pengusung dan hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tidak masuk dalam barisan pendukung Gibran-Teguh.
Pintu alternatif calon penantang di Pilwalkot Solo dari partai tertutup karena kursi PKS di DPRD setempat tak cukup untuk mengusung paslon. Sementara, jika berkoalisi, partai-partai lain sudah berada di koalisi PDIP.
Bahkan, kata Agus, PDIP sudah meyakini akan memenangkan Pilwakot Solo. Hal itu dilihat dari target pasangan Gibran-Teguh adalah mengantongi perolehan suara di atas 80 persen, bukan lagi menang atau kalah.
"Itu mungkin bisa tercapai ketimbang dengan kotak kosong, karena mengalahkan calon dari perorangan itu jauh lebih mudah," tutur Agus.
Alasannya, pasangan Bajo bukan calon yang cukup mengakar di masyarakat Solo. Bagjo-Supardjo hanya hadir saat agenda pilkada dan tidak ada rekam jejak keduanya terlibat dalam kegiatan politik, sosial, maupun budaya yang menarik perhatikan masyarakat atau pemilih.
Agus melanjutkan, secara organisatoris, pasangan Bajo juga dianggap tidak memiliki basis massa yang kuat sampai ke barisan bawah. Tidak ada tokoh masyarakat di Solo yang terlihat berada dalam barisan pendukung Bajo.
Sementara relawan pendukung yang loyal sangat sulit diwujudkan dalam waktu yang relatif singkat. Kemudian, pasangan Bajo pun tidak mempunyai tingkat popularitas yang tinggi.
Bagjo-Supardjo pun dianggap tidak memiliki modal sosial, politik, dan ekonomi yang cukup kuat melawan pasangan Gibran-Teguh. Agus mengatakan, Bajo juga tidak termasuk calon yang representatif dari sebagian besar masyarakat Solo.
"Hadirnya calon perorangan itu menurut saya semacam aksesoris saja untuk mengantarkan Gibran menjadi calon kepala daerah dengan target di atas 80 itu," ucap Agus.
Adapun, Gibran mengaku menghormati pasangan indenpenden yang sudah berjuang. Putra sulung Presiden Jokowi ini mengaku siap melawan siapa pun calon yang muncul sebagai lawannya.
"Siapa pun lawannya, kami siap tempur, kami tidak anggap remeh, jadi itu," kata Gibran, belum lama ini.
Menurut pasangan Gibran, Teguh Prakosa, PDIP telah menyiapkan strategi untuk melawan pasangan Bajo. Menurut Teguh, pasangan Bajo juga punya kans untuk menang di Pilkada Solo.
"Jadi saya kira bagi kami tidak ada yg direndahkan, tidak ada lawan yang dipandang sebelah mata. Semuanya punya kans untuk berjuang memperbutkan Pilkada Kota Solo," kata Teguh kepada wartawan, Senin (24/8).
Teguh menyatakan, melawan pasangan Bajo atau pasangan yang diusung partai politik sama beratnya. Bahkan, PDIP bisa kehilangan suara jika tidak sungguh-sungguh menggunakan potensi yang sudah dimiliki.
"Jadi kalau PDIP ini jemawa, terus enggak mau sosialisasi, konsolidasi, dan seterusnya, ya enggak mungkin dapat suara," jelasnya.