Selasa 08 Sep 2020 17:01 WIB

34 Pabrik di Jabar Jadi Penyumbang Klaster Industri

Ada sekitar 500 kasus positif Covid-19 dari klaster industri di Jabar.

Petugas menyemprotkan cairan disinfektan ke mobil yang digunakan untuk membawa pasien COVID-19 di Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (26/8/2020). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi sebanyak 242 karyawan salah satu pabrik di kawasan MM 2100 itu terdeteksi positif COVID-19.
Foto: ANTARA/ Fakhri Hermansyah
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan ke mobil yang digunakan untuk membawa pasien COVID-19 di Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (26/8/2020). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi sebanyak 242 karyawan salah satu pabrik di kawasan MM 2100 itu terdeteksi positif COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arie Lukihardianti, Antara

Klaster industri atau klaster pabrik saat ini menjadi kewaspadaan tinggi dalam penyebaran virus corona jenis baru. Pelonggaran aktivitas di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) di berbagai sektor termasuk industri menimbulkan permasalahan baru dalam upaya menekan kasus Covid-19.

Baca Juga

Ketua Divisi Pelacakan Kontak Deteksi Dini Pengujian Massal dan Manajemen Lab GTPP Covid-19 Provinsi Jawa Barat Siska Gerfianti, penyebaran di industri paling banyak ada di Kabupaten Bekasi. Kawasan industri MM2100, Jababeka, dan Deltamas menyumbang tingginya klaster industri.

"Total ada sekitar 500 orang pegawai dari kawasan industri ini yang terkonfirmasi positif Covid-19. Tapi kita sekarang sedang koordinasi untuk pendataan lagi dengan Pemkab Bekasi," ujar Siska, dalam konferensi pers, Selasa (8/9).

Menurut Siska, saat ini terdata sudah ada 12 pabrik di Kabupaten Karawang yang terkonfirmasi ada pegawainya yang terpapar virus corona. Sedangkan di Kabupaten Bekasi, angkanya lebih banyak yakni 22 pabrik.

Saat ini, kata dia, pelacakan masih dilakukan oleh gugus tugas masing-masing pemerintah daerah. Artinya angka penyebaran di industri maupun klaster rumah masih mungkin bertambah. "Kita masih lakukan tes swab secara masif," katanya.

Sementara menurut Kasi Pemberdayaan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat Dedi Hermandi, protokol kesehatan di mayoritas pabrik kawasan industri sebenaranya sudah diterapkan secara optimal. Perusahaan yang meminta izin untuk beroperasi telah memenuhi aturan sesuai protokol.

Menurut Dedi, ketika perusahaan yang tidak menerapkan protokol kesehatan maka pabrik tidak boleh beroperasi sebelum memperbaikinya. Setelah semua aturan diikuti, barulah izin diberikan pemerintah daerah setempat.

"Jadi biasanya ketika penutupan (pabrik), industri itu melakukan perbaikan protokol. Misalnya, meja jadi digunakan satu orang saja," katanya.

Dedi menjelaskan, dalam menutup sebuah pabrik yang pegawainya terpapar Covid-19 tidak bisa dilakukan sembarangan. Harus ada pemetaan terlebih dulu apakah penyebaran virus ini di seluruh areal pabrik atau hanya bangunan tertentu saja.

Sebab, kata dia, dalam satu pabrik biasanya memiliki beberapa gedung yang terpisah satu sama lain. Dengan demikian, belum tentu penyebaran virus itu menyeluruh di kawasan pabrik.

"Jadi tidak bisa ketika ada satu tempat di produksi pabrik (pegawainya terpapar), pabrik langsung ditutup semuanya," katanya.

Siska Gerfianti menambahkan saat ini ada beberapa klaster yang harus diwaspadai di Jabar. "Ini ada klaster industri tapi bagaimana melakukan pelacakan terpapar Covid-19 ini menginat sekarang banyak yang baru. Yakni, ada industri, rumah tangga, dan klaster Pilkada ini harus diwaspadai," ujar Siska.

Siska mengatakan, delapan daerah di Jabar baru saja melakukan deklarasi dan pendaftaran bakal pasangan calon kepala daerah. Dari kegiatan tersebut Pemprov Jabar sedang melakukan penelusuran siapa saja yang mengikuti kegiatan tersebut. Menurutnya, untuk pengawasan di Pilkada, gugus tugas memiliki tim deteksi dini bekerja sama dengan Kodam dan Polda serta berkoordinasi denagan gugus tugas kab/kota.

Untuk pemeriksaan, kata dia, total yang sudah diperiksa ada 528.598. Rinciannya, yang sudah rapid test sebanyak 297.579 dan PCR sebanyak 28.819.

"Dan Alhamduillah untuk 50 ribu minggu lalu bisa 54 ribu. Tapi data di Pikobar ini masih diperbaiki sehingga data masih manual, karena data 54 ribu ini perlu waktu," katanya

Selain itu, kata dia, Pemprov Jabar memperoleh bantuan juga dari BNPB sebanyak 250 ribu PCR. Harapannya, sesuai dengan angka ideal, masing-masing pengetesannya satu persen untuk kab/kota.

Pemprov Jabar pun, kata dia, memberikan hibah mesin pengetesan PCR portabel untuk lebih mempercepat penelusuran dan pengetesan. Hibah tersebut, sudah diberikan ke 27 daerah. Pelatihan penggunaan alat juga sudah dilakukan di beberapa daerah. "Hari ini pelatihan di Bandung Raya, Kab Garut dan Sumedang, terakhir besok di Bogor, Cianjur dan Sukabumi," katanya.

Terkait kesiapan rumah sakit, menurut Siska, kapasitas ruang isolasi di rumah sakit di Jabar sudah siap. Misalnya, RSUD Al-Ihsan ini menyiapkan 20 ruangan isolasi. "Dari jumlah itu yang ready untuk digunakan ada 8, sisanya 12 ini pengerjaan sambil melayani pasien sehingga memang dikerjakan sedikit demi sedikit," katanya.

Ketika bekerja di luar rumah tidak bisa dihindari, maka anggota keluarga tersebut harus selalu menjaga diri agar tidak membawa penyakit ke dalam rumah. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan penggunaan masker meski dalam rumah merupakan cara meminimalisir kemungkinan transmisi Covid-19 pada anggota keluarga yang lain.

"Sebaiknya itu yang memang paling ideal dilakukan, terutama saat kita baru saja dari luar," kata Ketua Umum PDPI Dr dr Agus Dwi Susanto, Selasa (8/9).

Dr Agus mengatakan hal tersebut perlu menjadi perhatian serius sebab rantai penularan virus bisa bergeser dari populasi terbesar masuk ke lingkungan keluarga. Menurut dia, imbauan menggunakan masker di dalam rumah tersebut, terutama apabila ada salah seorang anggota keluarga yang beraktivitas ke luar rumah.

Sebab, katanya, dikhawatirkan saat berada di luar rumah, orang tersebut tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik sehingga berpotensi terpapar dan membawa virus ke rumah saat kembali. "Bisa jadi kita tidak sadar telah terpapar, namun tanpa gejala. Ketika kembali ke rumah, maka terjadi transmisi virus ke anggota keluarga yang lain," ujar Dr Agus.

Terlebih lagi, katanya, apabila di dalam rumah tersebut ada anggota keluarga termasuk kategori risiko tinggi. Yaitu bayi, anak-anak, orang lanjut usia dan orang yang memiliki penyakit penyerta.

Dr Agus mengingatkan bagi setiap individu yang beraktivitas ke luar rumah harus selalu menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan maksimal. Selain itu, kata dia, orang yang baru saja beraktivitas di luar rumah harus mandi terlebih dahulu sebelum bertemu atau berkumpul dengan anggota keluarga yang lain. "Pakaiannya langsung dicuci, sepatu atau peralatan pribadi disemprot antispetik," katanya.

Kemudian, menurut dia, cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah klaster Covid-19 di lingkungan keluarga ialah rajin membersihkan atau mengatur sirkulasi udara, membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke rumah. Bahkan. Jika memungkinkan di dalam rumah disarankan agar menyediakan pemurni udara.

photo
Klaster Pabrik - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement