Selasa 08 Sep 2020 16:47 WIB

Legislator Ini Imbau Menag Minta Maaf

Menag membuat stigma negatif penghafal Alquran dan mereka yang cakap berbahasa arab.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Menteri Agama Fachrul Razi menyimak pertanyaan anggota Komisi VIII DPR saat rapat kerja di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/9). Rapat kerja tersebut membahas RKA K/L Tahun Anggaran 2021 serta isu-isu terkini, contohnya tentang radikalisme.
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Agama Fachrul Razi menyimak pertanyaan anggota Komisi VIII DPR saat rapat kerja di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/9). Rapat kerja tersebut membahas RKA K/L Tahun Anggaran 2021 serta isu-isu terkini, contohnya tentang radikalisme.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VIII DPR RI, Bukhori Yusuf mengkritik pernyataan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi yang kembali memunculkan pernyataan kontroversial dalam mendefinisikan radikalisme. Bukhori meminta, agar menag meminta maaf kepada umat Islam karena telah menciptakan stigma negatif terhadap penghafal Alquran dan mereka yang cakap berbahasa Arab. 

"Untuk ke sekian kalinya, hentikan narasi kontraproduktif ini" kata Bukhori dalam keterangan tertulis kepada Republika, Selasa (8/9).

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan, pernyataan menag tersebut dinilai telah melukai hati umat Islam. Dia mengatakan, seorang menteri seharusnya mampu mengambil peran aktif dan konstruktif dalam memperkuat kerekatan hubungan sesama anak bangsa. Serta menjadi sosok pengayom bagi setiap golongan dalam rangka memelihara kerukunan umat beragama. 

"Terminologi radikalisme yang dimaksud Menteri Agama sangat multitafsir dan absurd akibat pemaknaan yang dilakukan melalui cara yang dangkal. Sangat tidak etis menjadikan term radikalisme sebagai komoditas politik untuk meraih simpati publik di tengah reputasi Menteri Agama yang merosot,” ujarnya.

Menteri Agama Fachrul Razi belum lama ini dikabarkan kembali membuat pernyataan yang kontroversial. Fachrul mengungkapkan bahwa institusi pemerintahan memiliki banyak peluang untuk disusupi paham radikal. 

Caranya diawali dengan mengirimkan anak ‘good looking’ untuk mendapatkan simpati, seperti seorang anak yang menguasai bahasa Arab dan hafal Alqur'an atau hafidz. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement