Senin 07 Sep 2020 17:24 WIB

Bara Permainan Besar di Mediterania untuk Kepung Turki

Kesepakatan Maritim Turk-Libya membuat takut kekuatan regional dan global .

Ilustrasi: Kapal pengeboran Turki dikawal Angkatan Laut Turki.
Foto:

Setelah berhasil menghentikan proyek pipa gas Israel-Turki, Yunani kemudian mengembangkan hubungan strategis dengan Israel.

Amikam Nachmani, seorang sarjana Israel yang mengkhususkan diri dalam studi Mediterania Timur, mengatakan kerja sama tersebut telah berhasil untuk Angkatan Udara Israel karena Yunani mengoperasikan sistem pertahanan S-300 buatan Rusia, yang dimaksudkan untuk Siprus Yunani.

Karena Suriah dan negara-negara Timur Tengah lainnya juga dilengkapi dengan sistem Rusia yang serupa, pelatihan melawan rudal-rudal ini telah membantu pasukan Israel memerangi dan membombardir posisi Iran di Suriah dengan menetralkan sistem S-300.

Pada 2 Januari, Yunani menandatangani perjanjian dengan Siprus Selatan dan Israel untuk membangun pipa gas sepanjang 1.900 kilometer dengan biaya USD7 miliar, yang akan membawa gas dari pantai-pantai di Pulau Siprus dan Israel ke Eropa melalui Yunani dan mengepung Turki.

Menanggapi strategi ini, Ankara menegosiasikan penggambaran perbatasan laut dan perjanjian kerja sama pertahanan dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB di Libya.

Sementara para analis percaya bahwa pipa EastMed sudah menjadi urusan yang mahal, berkumpulnya Turki dan Libya membuatnya semakin tidak mungkin terjadi.

Namun, Yunani berhasil melobi Kongres AS dan mencabut embargo senjata selama tiga dekade dari pemerintahan Siprus Yunani di Siprus Selatan. Negara itu juga mencoba menggunakan pengaruhnya di dalam UE untuk melawan Turki dan memblokir solusi politik apa pun terhadap krisis Libya kecuali jika kesepakatan Turki-Libya dibatalkan.

Pada Desember 2019, Dewan Eropa mendeklarasikan kesepakatan Turki-Libya sebagai tindakan yang melanggar hak kedaulatan negara ketiga, dan dengan tegas menegaskan solidaritasnya untuk keprihatinan Yunani dan Siprus Yunani.

Kongres AS mengesahkan Undang-Undang Kemitraan Keamanan dan Energi Mediterania Timur yang, di antara ketentuan-ketentuan lainnya, mencabut embargo senjata selama tiga dekade dari Siprus Selatan dan memperluas bantuan militer asing lebih lanjut ke Yunani.

Mereka yang melobi kuat di Kongres AS adalah Komite Yahudi Amerika dan Dewan Kepemimpinan Amerika Hellenic. Alih-alih mencoba menengahi dan membawa rekonsiliasi antara dua anggota NATO Turki dan Yunani, AS memicu militerisasi persaingan energi geopolitik di wilayah tersebut.

 Kelayakan jalur pipa EastMed (Kawasan Mediterania Timur)

Mengenai kelayakan pipa EastMed, bahkan mantan Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Siprus Nicos Rolandis mengatakan para investor tidak akan mengambil risiko untuk berinvestasi di pipa yang terancam dan terperosok dalam kontroversi.

"Perusahaan atau kelompok perusahaan mana yang akan menenggelamkan EUR5-6 miliar ke dalam proyek yang melalui bagian laut yang telah diklaim Turki dan Libya melalui penandatanganan nota kesepahaman baru-baru ini," Rolandis kepada kantor berita resmi China Xinhua pada Januari.

Menurut laporan investigasi oleh situs independen Mada Masr, kecil kemungkinan gas Israel bisa diekspor ke Eropa karena biayanya yang tinggi.

Laporan itu memperkirakan bahwa gas Israel yang diimpor akan dijual dengan harga sekitar UUSD7,5-8 per satu juta British Thermal Units per hour (MBTU), sedangkan harga pasar gas yang dibeli oleh Eropa saat ini sekitar USD5,8/MBTU.

Rolandis, yang menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Industri, dan Pariwisata pada 1998-2003, juga mempertanyakan biaya pengangkutan gas alam dalam jumlah yang relatif kecil melalui jalur pipa terpanjang di dunia.

“Dibandingkan dengan jaringan pipa lain yang mengangkut gas lima atau enam kali lebih banyak di Eropa, akumulasi biaya proyek EastMed akan lebih tinggi,” ujar dia.

Presiden Republik Turki Siprus Utara (TRNC) Mustafa Akinci mengatakan pipa tersebut tidak akan membawa perdamaian ke wilayah tersebut.

Menurut dia, mengecualikan wilayah negaranya dan Turki hanya akan menambah ketidakstabilan di wilayah tersebut.

“Mengelola stabilitas di kawasan membutuhkan pendekatan yang saling menguntungkan, membutuhkan rute untuk mentransfer gas ke Eropa melalui Turki, yang merupakan yang terpendek, termurah, dan tercepat,” tambah Akinci.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement