REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta mulai meminta seluruh sekolah di kota tersebut melakukan pendataan terhadap nomor telepon yang digunakan siswa sebagai syarat mengakes bantuan pulsa dari pemerintah, untuk mendukung pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi Covid-19.
“Sudah ada surat dari pusat dan itu yang kami teruskan ke sekolah. Sekolah yang akan mendata nomor telepon seluler yang digunakan siswa untuk mengakses bantuan pulsa,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budi Ashrori di Yogyakarta, Senin (31/8).
Dia mengatakan seluruh data terkait nomor telepon yang digunakan siswa seharusnya sudah bisa dikumpulkan pada 31 Agustus, tetapi kemudian tenggat waktu pendataan diperpanjang hingga maksimal 11 September. Meskipun demikian, Budi mengatakan, tidak mengetahui lebih lanjut bagaimana mekanisme pemberian bantuan pulsa dan nilai bantuan yang akan diterima oleh siswa.
“Yang pasti, bantuan ini berlaku untuk semua siswa, baik yang bersekolah di sekolah negeri maupun di sekolah swasta,” katanya.
Di Kota Yogyakarta tercatat sekitar 24.000 siswa SMP dan sekitar 42.000 siswa SD.
“Data dari sekolah langsung dikirim ke pusat. Mudah-mudahan bisa direalisasikan,” katanya.
Kepala SMP Negeri 15 Kota Yogyakarta Siti Arina Budiastuti mengatakan sudah mengirimkan data nomor telepon yang digunakan oleh siswa ke pusat.
“Sebelumnya, kami sudah memiliki data nomor telepon siswa. Jadi, ketika ada pemberitahuan tersebut, cukup melakukan konfirmasi ke siswa dan apabila ada perubahan nomor telepon bisa langsung dilakukan perbaikan data,” katanya.
Di SMP Negeri 15 Yogyakarta terdapat 996 siswa. Namun demikian, tidak semua siswa memiliki nomor telepon pribadi tetapi menggunakan telepon milik orang tua atau menggunakan telepon bersama saudaranya.
“Ada dua siswa, kebetulan kembar, yang harus datang ke sekolah karena tidak memiliki telepon seluler. Mereka tetap mengikuti pembelajaran daring dari ruang komputer di sekolah,” katanya.
Selain itu, masih ditemukan beberapa kendala dalam proses pembelajaran daring seperti anak kesulitan membeli paket data internet meski di rumahnya ada telepon seluler.
“Di sekolah kami, para guru mengumpulkan infak yang kemudian diberikan dalam bentuk paket data ke siswa yang membutuhkan. Setiap pekan sekali, guru pun melakukan pendampingan langsung ke anak yang benar-benar membutuhkan bantuan,” katanya.
Ia berharap, bantuan pulsa ke siswa tersebut akan meringankan beban orang tua sehingga siswa bisa mengikuti berbagai pembelajaran daring dengan lebih baik.