REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Muhammadiyah Covid-19 Comand Center (MCCC), Agus Samsudin, menyatakan keprihatinannya atas tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal karena virus corona (Covid-19). Ia menyebut ada tujuh tenaga kesehatan di berbagai rumah sakit Muhammadiyah yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19. Mereka terdiri atas satu dokter spesialis dan enam orang tenaga perawat.
"Setidaknya data terakhir yang kami punyai dari rumah sakit-rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA), ada 7 syuhada karena Covid-19, yang terdiri dari satu orang dokter spesialis dan enam perawat. Saya ingin menyampaikan duka mendalam dan juga empati dari MCCC Pusat, dan kami mendoakan para almarhum dan almarhumah diberi khusnul khotimah," kata Agus dalam konferensi pers yang disiarkan akun Youtube Muhammadiyah Channel, Rabu (26/8).
Agus juga menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga dari tenaga kesehatan yang meninggal. Dia mengatakan, para tenaga kesehatan itu meninggal dunia dalam upaya jihad melawan pandemi Covid-19.
Dia kemudian menyoroti kematian di kalangan tenaga kesehatan yang kian meningkat di Indonesia. Dari data yang diperoleh dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), tercatat 30 dokter meninggal karena Covid-19 selama Juli 2020. Sehingga, total dokter yang meninggal karena Covid-19 menjadi 89. Namun, ia belum mendapatkan data terkait tenaga perawat yang meninggal karena Covid-19 secara nasional.
"Oleh karena itu, menjadi critical, menjadi concern bagi kita semua sekarang ini untuk menjaga para nakes agar diberi satu kekuatan dan upaya supaya tidak terpapar Covid-19. Kami menyadari sekarang ini secara epidemiologi dan ilmu kedokteran itu ada orang-orang yang tanpa gejala (OTG). Sehingga, kita tidak pernah tahu kapan dan di mana penularan itu terjadi," katanya.
Lebih lanjut, Agus mengimbau kepada semua pihak, terlebih para tenaga kesehatan, untuk tetap mematuhi seluruh protokol kesehatan yang berlaku. Hal itu mulai dari memakai masker, menjaga jarak fisik, dan rajin mencuci tangan. Terlebih, ia juga mengingatkan agar mematuhi protokol yang khusus disiapkan bagi tenaga kesehatan dengan seluruh alat pelindung diri (APD) yang harus dikenakan.
Ia juga mengingatkan semua pihak agar menghindari kerumunan. Pasalnya, beberapa informasi dari tracing (pelacakan) yang didapatkan, penularan Covid-19 bisa terjadi pada pertemuan di ruang publik.
"Oleh karena itu, penggunaan masker menjadi keharusan. Ini kewajiban bagi setiap orang untuk mencegah penularan," ujarnya.
Agus juga meminta pihak rumah sakit agar benar-benar memperhatikan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan tersebut, sekaligus segera mengambil tindakan yang diperlukan seandainya terjadi penularan di rumah sakit. Hal itu mulai dari melakukan tes rutin (random testing swab) kepada para petugas kesehatan, melakukan tracing jika ditemukan kasus nakes positif Covid-19, dan juga membantu nakes untuk isolasi mandiri jika terpapar Covid-19.
Selain itu, Agus juga meminta agar pemerintah membuat kajian khusus dan prosedur tambahan jika diperlukan, untuk mencegah penularan dari para tenaga kesehatan. Ia mengatakan, mendidik nakes memerlukan waktu dan keahlian tertentu dan jumlah biaya tertentu. Oleh karena itu, menurutnya, perlindungan kepada para nakes menjadi keniscayaan yang harus dipenuhi oleh semua pihak.
"Jika dari sisi individu, rumah sakit, dan pemerintah bisa bekerja sama saling mendukung upaya untuk melakukan pencegahan penularan, dan sekaligus jika diperlukan melakukan pengobatan kepada mereka yang terpapar Covid-19, ini adalah keniscayaan yang harus dilakukan. Dengan demikian, kita semua tidak hanya melindungi masyarakat secara umum, tetapi juga para nakes khususnya," tambahnya.