REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selalu mendorong agar guru mengajarkan pembelajaran bermakna kepada muridnya selama pandemi Covid-19. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, Iwan Syahril menjelaskan, bermakna yang dimaksud yakni sesuai dengan konteks yang sedang dihadapi.
"Bermakna kepada siswa artinya dalam konteks murid-murid yang ada. Jadi kalau dalam masa pandemi ini, pembelajaran yang bermakna itu biasanya kita kaitkan dengan kondisi yang ada di sekitar anak pada saat ini," kata Iwan, dalam sebuah diskusi radio, dipantau di Jakarta, Selasa (25/8).
Ia mencontohkan, sebuah rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Satu mata pelajaran bisa menjadi multisubjek, misalnya dalam kegiatan memasak.
"Jadi gimana seperempat itu berapa, 250 gram, resepnya begitu. Baru kemudian literasinya. Bagaimana membuat sebuah resep kemudian di-//share// kepada yang lain sehingga komunikasi juga baik dan karakter dengan bekerja barengan," kata Iwan menambahkan.
Selain itu, bermakna juga dapat diartikan sesuai dengan ketertarikan anak. Ia mencontohkan dalam pembelajaran yang sifatnya literasi, anak bisa diminta untuk menulis hal dari sesuatu yang dialaminya selama pandemi.
Iwan mengatakan, kebermaknaan dalam pelajaran ini memiliki berbagai dimensi. Namun, yang diutamakan adalah bagaimana kegiatan belajar bisa mendorong keingintahuan anak sehingga dapat terinternalisasi kepada anak dengan baik.
"Jadi kalau pembelajaran itu malah mematikan rasa ingin tahu, bagi saya itu tidak. Kalau yang bermakna itu pasti kemudian menimbulkan keingintahuan untuk tahu lebih," kata dia lagi.