Rabu 26 Aug 2020 00:13 WIB

Jembatan Gantung di Sukabumi Putus, 17 Warga Jatuh ke Sungai

Diduga kelebihan beban dan kondisinya sudah usang, tiba-tiba jembatan itu putus.

Jembatan gantung terputus. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Jembatan gantung terputus. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Jembatan gantung sepanjang 70 meter dengan lebar 120 cm yang menghubungkan dua kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terputus. Akibatnya, belasan warga yang sedang melintas di atasnyaa terjatuh dan terluka.

"Jembatan itu membelah sungai untuk menghubungkan Desa Kertamukti, Kecamatan Warungkiara dengan Desa Cimanggu, Kecamatan Cikembar," kata Kepala Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalops BPBD) Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna di Sukabumi, Selasa (25/8). Diduga, kata Sutisna, putusnya jembatan itu karena usianya yang sudah tua yaitu sekitar 30 tahun dan jarang diperbaiki. 

Informasi yang dihimpun, kejadian tersebut berawal saat 17 remaja yang baru pulang bermain dari Desa Kertamukti menuju Desa Cimanggu melintasi jembatan itu. Diduga, karena kelebihan beban dan kondisinya sudah usang, tiba-tiba jembatan yang merupakan akses utama warga untuk mempersingkat waktu itu putus. 

Tak pelak, 17 remaja yang berada di atas jembatan itupun terjatuh ke sungai.  Beruntung saat kejadian arus sungai tidak sedang meluap, tapi akibatnya dua remaja mengalami luka cukup parah seperti patah tangan dan sobek di bagian dagunya karena terbentur bebatuan di sungai.

Warga yang mendengar teriak minta tolong langsung ke lokasi untuk membantu para remaja itu dan langsung dilarikan ke RSUD Sekarwangi Cibadak."Mayoritas kondis i korban sudah membaik hanya dua orang saja yang kondisi lukanya cukup parah dan saat ini sedang menjalani pengobatan," tambahnya.

Daeng mengatakan, pihaknya bersama unsur TNI, Polri dan pemerintah desa sudah meninjau lokasi kejadian. Melihat dari kondisi tali sling baja jembatan itu sudah berkarat dan akhirnya terputus. Kerugian akibat putusnya jembatan yang merupakan jalur alternatif warga ini sekitar Rp 150 juta dan pihaknya pun sudah melarang warga untuk mendekat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement