REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan sebagian besar vaksin Covid-19 diproduksi di dalam negeri. Hal ini setelah Indonesia mendapat komitmen pengadaan sebanyak 290 juta vaksin dengan China dan Uni Emirat Arab untuk periode 2020-2021.
"Insya Allah ini kita sudah mendapat komitmen dari UEA dan China, total 290 juta vaksin, yang kita harapkan Insya Allah sebagian besar diproduksi di Indonesia, sebagian diproduksi di luar negeri. Saya harap Insya Allah nanti Januari sudah mulai kita vaksinasi," ujar Presiden Jokowi saat kunjungan kerja ke Aceh, Selasa (25/8).
Komitmen pengadaan vaksin yang dimaksud presiden, rinciannya adalah sebanyak 20-30 juta vaksin untuk tahun 2020 ini. Sementara untuk kebutuhan pada kuartal pertama tahun 2021, pemerintah Indonesia bersama China dan UEA telah meneken komitmen pengadaan 80-130 juta vaksin. Sedangkan untuk kuartal kedua hingga keempat tahun 2021, pasokan yang sudah diamankan sebanyak 210 juta vaksin.
Kerja sama dengan beberapa negara di luar negeri memang dilakukan pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 secara cepat. Selain vaksin yang sedang disiapkan oleh Bio Farma dan Sinovac dari China, Indonesia juga melakukan riset secara mandiri yang dipimpin oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Di luar dua proyek tersebut, masih ada kerja sama lain yang dijalin antara perusahaan farmasi nasional dan luar negeri. Antara lain, Kalbe Farma dengan Genexine asal Korea Selatan. Vaksin yang ditargetkan masuk uji klinis tahap kedua pada akhir 2020 ini berjuluk 'GX-19'.
Kemudian ada juga Kimia Farma yang bekerja sama dengan Group42, perusahaan riset berbasis di Abu Dhabi. Riset vaksin bersama Group42 ini juga menggandeng Sinopharm, sebuah pabrikan produk farmasi asal China.
Selain itu, pemerintah juga masih menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca.