Kamis 20 Aug 2020 15:01 WIB

Praktisi: Program Pendidikan Militer di Kampus tak Mendesak

Praktisi menilai memupuk cinta negara tidak harus dengan pendidikan militer

Program Bela Negara (ilustrasi)
Foto: Humas UMM
Program Bela Negara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi pendidikan karakter dari Universitas Multimedia Nusantara, Doni Koesoema menilai program pendidikan militer yang rencananya akan diterapkan kepada para mahasiswa bukan kebutuhan yang mendesak. Menurutnya, untuk memupuk cinta Tanah Air bagi mahasiswa tidak harus dengan mendidikan militer.

"Kita sekarang hidup di zaman damai, bukan lagi zaman perang. Kita dapat membangun perdamaian antara negara menjadi penengah dalam konflik, mengembangkan budaya dan melindungi tradisi sebagai bagian dari cinta Tanah Air tanpa terkait urusan militer," kata Doni Koesoema di Jakarta, Kamis (20/8).

Baca Juga

Seperti diketahui, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pendidikan sedang menggodok aturan agar para mahasiswa bisa mengikuti Program Bela Negara, salah satunya dengan memasukkan pendidikan militer dalam Sistem Kredit Semester (SKS) perkuliahan. Program itu ditujukan untuk pengembangan sumber daya manusia terkhusus generasi muda, sehingga mereka diharapkan memiliki rasa cinta terhadap Tanah Air.

Lebih lanjut, Doni Koesoema menjelaskan apabila model pendidikannya nanti dengan memberikan ruang kepada militer untuk datang mengajar di kampus, artinya itu sama seperti mata kuliah lain yang tidak ada latihan baris-berbaris. "Kalau seperti itu malah tidak berguna, karena sudah terwakili oleh mata kuliah Pancasila. Jika pendidikan militer dalam arti pengajaran tentang ke-Indonesia-an, militer bukan porsinya mengajar di kampus karena sudah ada pendidikan pancasila yang wajib dipelajari dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi," ujarnya.

Pemerintah Indonesia diminta tidak perlu mengikuti kebijakan negara lain yang memiliki peraturan wajib militer, seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris, maupun Italia dalam upaya menumbuhkan kesadaran dan rasa cinta rakyatnya terhadap negara. Skema yang perlu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan rasa nasionalisme generasi muda dengan melalui pendekatan budaya, seni, bahasa maupun ilmu pengetahuan, karena Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman tinggi.

"Untuk memupuk cinta terhadap negara tidak harus dengan militer. Kita tidak perlu belajar dari negara lain. Kita hanya perlu belajar dari pengalaman kita sendiri dimana Indonesia tanpa militerisme bisa maju dan berkembang," kata Doni.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement