REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat Daddy Rohanady, menyayangkan pembukaan rute Citilink dan Lion Air dari Bandara Husein Sastranegara ke beberapa tujuan di luar Jawa. Dikhawatikan, kondisi ini akan menyebabkan bandara kebanggaan masyarakat Jabar menjadi 'mati suri'.
"Sangat disayangkan," ujar Daddy kepada wartawan, Senin (17/8).
Daddy menyayangkan keputusan tersebut, dikeluarkan bersamaan dengan Hari Kemerdekaan RI. "Pada Hari Kemerdekaan ini mulanya saya berharap mendapat kado istimewa untuk BIJB Kertajati. Lha kok kebijakannya malah seperti ini?" katanya.
Citilink memang membuka rute baru untuk beberapa rute ke luar Jawa dari Bandara Husein Sastranegara. Citilink akan membuka rute Husein ke Denpasar, Palembang, Pekanbaru, Medan, Balikpapan dan sebaliknya.
"Saya berharap Kertajati diberdayakan secara lebih optimal. Dengan demikian, bandara kebanggaan Jawa Barat tersebut akan lebih hidup. Lha kalau begini, pasti hanya akan memperpanjang mati suri," paparnya.
Daddy menilai, mana mungkin Kertajati bisa berkembang jika rute-rute yang cukup banyak peminatnya tersebut justru berangkat dari Husein. "Kalau kebijakannya seperti ini, pasti Kertajati tak akan berkembang sampai kapan pun," tegas Daddy.
Daddy mengaku, memang sejumlah kendala masih harus diselesaikan jika BIJB Kertajati akan dioptimalkan fungsinya. Karena, bandara yang terletak di Kabupaten Majalengka tersebut memang belum memiliki beberapa sarana dan prasarana layaknya sebuah bandara internasional.
BIJB Kertajati, kata dia, hingga saat ini belum memiliki atau paling tidak berdekatan dengan, sebuah rumah sakit, hotel, pertokoan besar/mall. Apalagi kalau bandara seluas 1.000 hektare tersebut akan menjadi embarkasi haji.
"Asrama haji memang sedang dibangun di Kabupaten Indramayu. Ini juga harus dipercepat pembangunannya," katanya.
Dari sisi potensi, kata dia, BIJB Kertajati sangat strategis. Karena, Jabar adalah provinsi yang mengirim jumlah jamaah haji terbesar setiap tahunnya. Demikian juga dengan jumlah jamaah umrah dari 27 kabupaten/kota.
"Sayangnya, sekali lagi hal itu terkendala masalah belum tersedianya sarana/prasarana penunjang," katanya.
Ada satu lagi yang harus segera diselesaikan, kata dia, yakni jalan Tol Cisumdawu. Seandainya tol di bagian timur Jabar tersebut selesai, warga Jabar selatan dari bagian timur tidak perlu lagi harus melingkar atau berputar ke Cikampek/Karawang.
Mereka tinggal lurus saja dari selatan ke utara. Waktu tempuh yang dibutuhkan pun akan terpangkas dari 4-5 jam hanya menjadi 1,5 jam saja.
"Jadi, menurut saya, Tol Cisumdawu harus segera diselesaikan paralel dengan sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan. Itu semua butuh goodwill pemerintah pusat," katanya.