Senin 17 Aug 2020 19:13 WIB

Sejarah Tentara Pelajar dan Cara Keluarga Peringati HUT RI

Pandemi tidak jadi alasan bagi keluarga Tentara Pelajar peringati Hari Kemerdekaan

Anak-anak memberi hormat kepada bendera Merah Putih saat mengikuti upacara bendera memperingati HUT ke-75 Kemerdekaan RI (ilustrasi). Pandemi Covid-19 tidak dijadikan alasan dan penghalang bagi Persatuan keluarga besar-Pelajar Pejuang Kemerdekaan atau yang disingkat PKB-PPK untuk memperingati perjuangan orang tua dan eyang-eyang mereka sebelumnya. Upacara kali ini pun cukup unik dengan diadakan ceremony secara daring atau online.
Foto: ABRIAWAN ABHE/ANTARA
Anak-anak memberi hormat kepada bendera Merah Putih saat mengikuti upacara bendera memperingati HUT ke-75 Kemerdekaan RI (ilustrasi). Pandemi Covid-19 tidak dijadikan alasan dan penghalang bagi Persatuan keluarga besar-Pelajar Pejuang Kemerdekaan atau yang disingkat PKB-PPK untuk memperingati perjuangan orang tua dan eyang-eyang mereka sebelumnya. Upacara kali ini pun cukup unik dengan diadakan ceremony secara daring atau online.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid 19 telah memberikan dampak yang cukup signifikan kepada seluruh masyarakat di dunia dan masyarakat di Indonesia khususnya. Beberapa regulasi dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan larangan berkumpul atau PSBB memberikan dampak langsung dalam perayaan HUT RI yang ke 75 pada tanggal 17 Agustus 2020 kali ini. 

Namun hal tersebut tidak dijadikan alasan dan penghalang bagi Persatuan keluarga besar-Pelajar Pejuang Kemerdekaan atau yang disingkat PKB-PPK untuk memperingati perjuangan orang tua dan eyang-eyang mereka sebelumnya. Upacara kali ini pun cukup unik dengan diadakan ceremony secara daring atau online.

Ketua Presidium PKB-PPK Gatut Putranto pada acara upacara virtual PKB-PPK 17 Agustus menjelaskan tentang tentara pelajar dalam cuplikan penggalan-penggalan dokumentasi foto yang dijadikan video. Ia menyatakan perjuangan kemerdekaan pada masanya tidak lepas dari peran serta pelajar yang berusaha mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Tentara Pelajar dan Pelajar Pejuang Kemerdekaan adalah suatu kesatuan militer yang ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dimana para anggotanya terdiri dari sebagian besar pelajar SMP SMA dan sederajat yang pada saat itu masih berusia diantara 14-18 tahun dan sebagian kecil mahasiswa. Terdapat beberapa istilah untuk menyebutkan tentara pelajar. 

Di Jawa Timur disebut dengan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar). Yogya dan Solo disebut dengan Tentara Pelajar atau TP.  Sementara disebagian Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogja ada Tentara Zeni Pelajar atau TGP. 

Sedangkan di Boyolali ada sung apriliung atau SA, Banyumas ada Mas Tepe dan pasukan pelajar IMAM MUDA. dan Jawa Barat ada Tentara Pelajar Siliwangi. 

Selain itu di Sumatra Selatan ada Tentara Pelajar Sriwijaya dan Pati ada pasukan T serta di berbagai daerah di pulau sumatera, Jawa dan Bali.

Saat menghadapi agresi belanda II oleh Presiden Republik Indonesia, Presiden Soekarno, Kesatuan Pelajar Pejuang Bersenjata dimasukan dalam kesatuan otonom dalam jajaran Tentara Nasional Indonesia yakni Brigade 17 TNI dengan komandan Letkol Ir.Soedarto.Kemudian selanjutnya Brigade 17 dibagi menjadi 5 Detasemen dengan berbagai rumpun nya. 

Detasemen 1 adalah TRIP di Jawa Timur dengan komandan Detasemen Mayor Mas Isman. Detasemen II TP Solo di Solo dengan komandannya Mayor Ahmadi. Detasemen III di Jogja, TP Jogja, dengan komandan nya Kapten Martono. Detasemen IV TP Siliwangi di Jawa Barat dengan komandan nya Kapten Solihin GP. Detasemen 5 atau Detasemen Khusus Tentara Zeni Pelajar atau TGP dengan dikomandani Kapten Hartawan. 

Sedangkan Kesatuan Pejuang Pelajar lain nya bergabung dalam Brigade TNI lain nya seperti, SA yang bergabung didalam Brigade 5 panembahan senopati dengan komandan nya Letkol Ignatius Slamet Riyadi. 

Nama Tentara Pelajar diberikan kepada Ikatan Pertahanan Pelajar Indonesia setelah melebur menjadi Brigade 17 TNI pada tahun 1948 dibawah kendali markas besar komando Jawa atau NBKD. Meskipun secara resmi ada pembagian di wilayah komando pergerakan kesatuan pelajar yang hanya ada di Indonesia memiliki mobilitas yang sangat fleksibel antara 1 dan komando lainnya hingga dapat bertukar wilayah atau bahkan berpindah-pindah kesatuan dengan cara hanya cukup memberitahukan markas komando atau komandan kesatuan setempat dikarenakan faktor situasional karena status mereka sebenarnya adalah pelajar atau mahasiswa aktif yang sewaktu-waktu bila negara memanggil untuk berjuang mereka akan berubah status menjadi tentara aktif

Tentara Pelajar pun aktif dalam pertempuran yang terjadi di wilayah mereka masing-masing dan pada saat yang bersamaan banyak pula anggotanya yang gugur dalam pertempuran-pertempuran tersebut. Tentara Pelejar dan Pelajar Pejuang Kemerdekaan secara resmi dibubarkan pada awal 1951 dalam sebuah upacara demobilisasi. 

Masing-masing dari mereka diberikan penghargaan oleh pemerintah Republik Indonesia dan Kemudian masing-masing anggota diberikan pilihan untuk melanjutkan studi yang sempat terbengkalai saat menjadi Tentara Pelajar atau melanjutkan karir di TNI ataupun di Kepolisian Republik Indonesia. 

Untuk menghormati jasa-jasa para anggota pahlawan tentara pelajar dan Pelajar Pejuang Kemerdekaan  kini berbagai nama mereka diabadikan menjadi nama-nama jalan di berbagai kota besar di wilayah Republik Indonesia.

Eks tentara pelajar pun berpesan pada generasi penerus untuk mengisi kemerdekaan dengan optimisme dan kerja nyata. “Bekerja, Bekerja dan Bekerja dengan Cerdas, Cermat dan Cerdik. Sekali Merdeka tetap Merdeka” Kata Imam Sardjono atau dipanggil Eyang Imam Sardjono selaku eks Tentara Pelajar dari kesatuan MASTEPE. 

Selain itu ia juga berpesan kepada generasi penerus untuk terus berjuang baik melalui karya nyata ataupun jalan diplomasi, oleh karena itu kemampuan penguasaan bahasa asing sangatlah diperlukan. “Kalo bisa menguasai minimal 2 hingga lebih dari 3 bahasa asing” ungkap dia.

Terdapat pula beberapa publik figur yang juga merupakan generasi ketiga atau cucu eks. Tentara Pelajar yang sudah melakukan perjuangan membanggakan Indonesia melalui karya nyata. 

Salah satunya adalah Astara dari Grup Band RAN dan Didit Maulana yang dikenal memiliki karya Batik “Ikat Indonesia” nya selaku perwakilan Generasi Ke-3 dari rumpun SA/CSA. Astara dari grub band RAN mengajak agar generasi penerus dapat terus mengembangkan kreasi imaji kreativitas dalam bentuk karya nyata untuk Indonesia yang lebih maju. 

“Sama seperti semangat dari eyang-eyang kita tapi saat ini bentuk perjuangan kita berbeda dengan cara bersama-sama memajukan kesejahteraan bangsa melalui dukungan nyata terhadap produk lokal dan bangga memakai produk buatan Indonesia” tutup Didit Mulana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement