Sabtu 15 Aug 2020 02:30 WIB

Unair Telah Uji Klinis Kombinasi Obat Penawar Covid-19

Hasil uji klinis fase ketiga kombinasi obat penawar segera diserahkan ke Jakarta.

Ilustrasi.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Universitas Airlangga (Unair) Surabaya telah memenuhi proses uji klinis fase ketiga lima kombinasi obat penawar Covid-19. Hasilnya akan segera diserahkan ke Jakarta untuk melalui proses selanjutnya sebelum diproduksi massal.

"Kami akan menyerahkan hasil uji klinis fase ketiga lima kombinasi obat penawar Covid-19 kepada mitra kami yang ada di Jakarta," kata Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di Surabaya, Jumat (14/8).

Nasih mengungkapkan semua proses uji klinis lima kombinasi obat penawar Covid-19 yang diminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) seperti inklusivitas, etik dan lain telah dipenuhi dan hasilnya cukup menggembirakan,

Unair telah menguji coba lima kombinasi obat penawar Covid-19 kepada sebanyak 700 pasien, sementara BPOM hanya memberi persyaratan uji klinis diuji coba kepada 600 pasien.

"Dari proses tersebut akan kami berikan ke pemberi pekerjaan yakni mitra kami. Proses selanjutnya terserah mereka. Karena Unair telah menyelesaikan tugasnya," katanya.

Setelah proses tersebut, agar lima kombinasi obat penawar Covid-19 bisa diedarkan, kata dia, harus terlebih dahulu mendapat izin edar dan izin produksi dari BPOM.

Jika izin produksi maupun izin edar telah didapat dari BPOM, Nasih optimistis lima kombinasi obat penawar Covid-19 akan dapat diedarkan pada September 2020.

"Jika itu sudah dapat akan diproduksi. Kami yakin BPOM melihat bahwa masalah ini sangat mendesak sehingga mereka berbesar hati memberikan izin produksi dan izin edar. Jika itu diberikan, September bisa diproduksi. Tapi itu bukan ranah Unair," katanya.

Ia meminta dukungan dari berbagai pihak untuk mendukung lima kombinasi obat yang telah ditemukan peneliti Unair sehingga obat tersebut dapat dimanfaatkan sebelum ditemukannya vaksin Covid-19.

"Mohon doanya, dalam satu dua hari ini kami akan rilis temuan-temuan itu. Paling tidak sampai vaksinnya ada, obat ini bisa dimanfaatkan," demikian Mohammad Nasih.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement