Rabu 12 Aug 2020 13:13 WIB

Mengulik T-50 Golden Eagle yang Tergelincir di Madiun

Indonesia tercatat memiliki 16 pesawat T-50 Golden Eagle yang dibeli dari Korea.

Sepuluh pesawat latih tempur T-50 Golden Eagle milik TNI AU. Pada Senin (10/8) siang, sebuah pesawar T-50 Golden Eagle tergelincir di Lanud Iswahjudi, Magetan, Jatim. Akibatnya pesawat rusak berat dan pilot harus dibawa ke rumah sakit.
Sepuluh pesawat latih tempur T-50 Golden Eagle milik TNI AU. Pada Senin (10/8) siang, sebuah pesawar T-50 Golden Eagle tergelincir di Lanud Iswahjudi, Magetan, Jatim. Akibatnya pesawat rusak berat dan pilot harus dibawa ke rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arif Satrio Nugroho, Wilda Fizriyani

Pesawat milik TNI AU jenis T-50 Golden Eagle tergelincir di Landasan Udara (Lanud) Iswahjudi Maospati, Kabupaten Magetan, sekitar pukul 13.00 WIB, Senin (10/8) lalu. Sang Golden Eagle tergelincir saat hendak melakukan latihan rutin.

Baca Juga

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (AU), Marsma TNI Fajar Adriyanto, menerangkan pesawat tersebut berisi dua orang pilot yang terdiri dari siswa pilot TNI AU dan instrukturnya. Mereka hendak belajar menggunakan pesawat tempur. Beruntung kejadian nahas itu tidak memakan korban jiwa. Keduanya berhasil keluar pesawat dengan selamat.

Pesawat tempur tersebut dalam kondisi rusak berat pascakejadian. TNI AU sudah menurunkan tim investigasi untuk mencari tahu secara pasti penyebab dari tergelincirnya pesawat tersebut. Kelaikan pesawat akan dicek juga.

"Rusak berat, nanti dalam investigasi penyebabnya apa, pilotnya sedang dirawat. Kita punya tim investigasi," tutur Fajar dalam konfirmasinya.

Pesawat T-50 Golden Eagle merupakan pesawat pabrikan Korea Selatan, yakni Korea Aerospace Industriss (KAI) bekerja sama dengan Lockheed Martin. Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia juga bekerja sama dengan KAI pada 2015 untuk memulai produksi pesawat ini.

Menurut laman resmi KAI, Program T-50 awalnya dimaksudkan untuk mengembangkan pesawat latih yang mampu melakukan penerbangan supersonik. Pesawat itu dibuat untuk melatih dan mempersiapkan pilot pesawat KF-16 dan F-15K, menggantikan pesawat latih seperti T-38 dan A-37.  

Pesawat tersebut sudah dikembangkan sejak 1990, namun baru mulai diproduksi masal oleh Korea Selatan pada 2003. Pesawat ini dipakai sejumlah negara seperti Filipina, Irak, Indonesia dan Korea Selatan.

photo
Pesawat latih tempur T50 Golden Eagle milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) terparkir di Pangkalan Udara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (2/6). - (Republika/Aditya Pradana Putra)

Menurut laman Flug-revue.rotor.com, seri pesawat T-50 sangat mirip dengan KF-16 dalam hal konfigurasi. Desain T-50 Golden Eagle sebagian besar berasal dari F-16 Fighting Falcon, dan mereka memiliki beberapa kesamaan. Pengalaman KAI yang sebelumnya memproduksi lisensi KF-16 menjadi titik awal pengembangan T-50.

Pesawat latih T-50 memiliki tempat duduk untuk dua pilot dalam pengaturan tandem. Kanopi pemasangan tinggi yang dikembangkan oleh Hankuk Fiber diaplikasikan dengan akrilik yang diregangkan, memberikan visibilitas yang baik bagi pilot.

Pesawat latihan T-50 ini telah diuji untuk menawarkan kanopi dengan perlindungan balistik terhadap benda seberat 4 pon yang berdampak pada kecepatan 400 knot. Batas ketinggian adalah T-50 yaknj 14.6 ribu meter dan badan pesawat dirancang untuk bertahan selama 8 ribu jam layanan.

Ada tujuh tangki bahan bakar internal dengan kapasitas 2.655 liter, lima di badan pesawat dan dua di sayap. Bahan bakar tambahan 1.710 liter dapat dibawa dalam tiga tangki bahan bakar eksternal.

Varian latih T-50 memiliki skema cat putih dan merah, serta varian aerobatic putih, hitam, dan kuning. T-50 menggunakan lisensi mesin turbofan General Electric F404-102 tunggal yang diproduksi oleh Samsung Techwin, ditingkatkan dengan sistem FADEC yang dikembangkan bersama oleh General Electric dan KAI.

Mesin terdiri dari kipas tiga tahap, tujuh pengaturan tahap aksial, dan afterburner. Pesawat ini memiliki kecepatan maksimum Mach 1,5. Mesinnya menghasilkan daya dorong maksimum 78,7 kN (17.700 lbf) dengan afterburner. Mesin F414 dan EJ200 yang lebih bertenaga sebenarnya telah disarankan sebagai mesin baru untuk keluarga T-50.

Di Indonesia Golden Eagle T-50 sudah mendarat sejak akhir 2013 untuk menggantikan pesawat Hawk MK-53. Saat itu ada 16 pesawat yang dipesan oleh pemerintah RI.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Iswahjudi, Filfadri, mengatakan saat ini Iswahjudi mempunyai tiga skuadron pesawat tempur. Ketiganya antara lain jenis T-50 Golden Eagle, F-16 Fighting Falcon dan pesawat tempur Sukhoi.

Untuk perawatannya, Filfadri mengatakan, masih harus menunggu hasil investigasi tim TNI AU pascatergelincirnya Golden Eagle. Hasil ini bisa menjadi rekomendasi cara perawatan seluruh pesawat di Lanud Iswahjudi sekaligus mencegah kejadian yang tidak diinginkan di masa mendatang.

Pesawat tempur T-50 Golden Eagle dimiliki Indonesia sejak bulan September 2013. Indonesia membeli sebanyak 16 pesawat tempur tersebut dari Korea Selatan.

Pesawat T-50 Golden Eagle dibeli untuk menggantikan HAWK Mk-53. Sejumlah HAWK Mk-53 dibeli pemerintah di tahun 1980-an dan sebagian besar di antaranya sudah dalam kondisi tua. Di tahun 2013 saat membeli Golden Eagle, hanya ada unit HAWK Mk-53 yang masih beroperasi.

Pesawat HAWK yang sudah tua tidak akan digunakan lagi karena suku cadangnya juga tidak tersedia lagi. Seandainya ada harganya sangat mahal.

Sejak awal T-50 Golden Eagle digunakan sebagai pesawat latih bagi pilot muda sebelum mereka mengoperasikan Sukhoi, seperti F-16, F-5 dan Hawk 100/200. Tapi Golden Eagle juga bisa berfungsi sebagai pesawat tempur karena dilengkapi dengan persenjataan.

Sebanyak 16 pesawat tempur Golden Eagle dibeli berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada 25 Mei 2011. Nilai kontrak pembelian adalah 400 juta dolar AS.

photo
Pesawat tempur Hawk MK-53 (tengah) dikawal empat pesawat T-50i Golden Eagle dalam upacara penyambutan penerbangan terakhir Hawk MK-53 di Lapangan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Kamis (12/3). (Antara/Sigid Kurniawan) - (Antara/Sigid Kurniawan)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement