Kamis 06 Aug 2020 17:19 WIB

Hanya 7 Kandidat Vaksin Masuk Uji Klinis III

7 kandidat vaksin Covid-19 yang masuk uji klinis tahap III, salah satunya Sinovac

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Petugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III vaksin COVID-19 produksi Sinovac kepada 1.620 relawan.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Petugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III vaksin COVID-19 produksi Sinovac kepada 1.620 relawan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak lembaga riset mikrobiologi dan perusahaan farmasi dari berbagai negara yang kini berlomba-lomba menemukan vaksin Covid-19. Namun, ternyata baru ada tujuh kandidat vaksin Covid-19 yang berhasil masuk uji klinis tahap ketiga. Sisanya, 25 kandidat baru masuk uji klinis tahap pertama dan 17 kandidat yang masuk uji klinis tahap kedua.

"Belum ada satupun di dunia yang sudah lulus uji," jelas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Kamis (6/8).

Wiku menyebutkan, Indonesia pun ikut berperan dalam pencarian vaksin yang cocok membangun antibodi Covid-19 ini. Perusahaan farmasi nasional juga menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga di luar negeri dalam riset vaksin ini. Salah satunya adalah Sinovac Biotech Ltd asal China yang digandeng oleh Bio Farma.

Sinovac sendiri berhasil memasukkan vaksin produksinya dalam tujuh kandidat vaksin Covid-19 yang mulai menjalankan uji klinis tahap 3. Selain Sinovac, ada pula Wuhan Institute of Biological Products atau Sinopharm, Beijing Institute of Biological Products juga dari Sinopharm, serta BioNTech-Fosun Pharma yang bekerja sama dengan Pfizer.

Selanjutnya ada University of Oxford di Inggris yang bekerja sama dengan AstraZeneca, Moderna bekerja sama dengan NIAID dari Amerika, dan terakhir adalah University of Melbourne yang bekerja sama dengan Murdoch Children's Research Institute.

"Semua negara akan berusaha keras untuk bisa mendapatkan atau menghasilkan vaksin untuk melindungi masyarakatnya. Tidak terkecuali Indonesia juga melakukan hal itu baik mencari yang terbaik di dunia yang tercepat dan terefektif. Begitu juga mengembangkan vaksin yang ada di Indonesia," jelas Wiku.

Ia menambahkan, uji klinis dilakukan terhadap ribuan orang untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya serta efek samping yang mungkin timbul. Per hari ini, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran sudah menjaring 800 orang untuk menjalani uji klinis vaksin hasil kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac. Artinya, masih ada kekurangan 820 orang relawan untuk mencapai target relawan 1.620 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement