REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani menggagas pemasangan WiFi gratis di gang kecil kumuh di kawasan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat pada Rabu (5/8). Dalam pemasangan perdana WiFi gratis itu dihadiri langsung oleh politisi dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani dan Anggota DPRD DKI dari Komisi A, Lukmanul Hakim.
Dalam sambutannya, Zita mengatakan pemasangan WiFi gratis di sejumlah pemukiman kumuh di Jakarta Barat sebagai bentuk sindiran terhadap PJJ (pembelajaran jarak jauh) yang belum juga menjadi solusi belajar di tengah pandemi Covid-19. Bahkan, belakangan ini PJJ dinilai menjadi bentuk diskriminasi kepada anak-anak Indonesia yang memiliki keterbatasan ekonomi.
"Pemerintah saat ini hanya memaksakan menutup sekolah, tapi tidak ada upaya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dalam PJJ," kata Zita kepada Republika, Rabu (5/8).
Menurut Zita, Pemprov DKI Jakarta pasti mampu untuk menganggarkan pemasangan WiFi di titik-titik kumuh di Jakarta Barat. Dinas Pendidikan DKI Jakarta berkoordinasi dengan Kominfotik Jakarta untuk memetakan titik kumuh di Jakarta.
Setelah itu, pihak Dinas berkerjasama dengan kelurahan atau kecamatan untuk pemasangan WiFi . Zita menambahkan, tidak perlu anggaran yang besar dalam pemasangan WiFi gratis di titik kumuh Jakarta.
Misalnya saja, di satu titik permukiman, warga hanya perlu dana Rp 400 ribu untuk pemasangan WiFi. Nantinya puluhan anak-anak di wilayah itu tinggal dibagi untuk belajar daring bersama secara bergantian.
"Jadi saya harap jangan ada lagi yang bilang tidak ada solusi. Pemasangan wifi ini bentuk solusi," kata Zita.
Sementara, Lukmanul Hakim mengatakan saat ini Fraksi PAN sudah memasang WiFi gratis di tujuh titik pemukiman kumuh di Jakarta Barat. Ketujuh titik itu di antaranya di beberapa RW wilayah Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat.
"Rencananya nanti kami akan bersurat ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk melakukan hal yang sama," kata Lukman.
Keterbatasan ekonomi yang menjadi permasalahan anak-anak kesulitan dalam mengakses pendidikan di tengah pandemi Covid-19, bahkan di antaranya tidak memiliki gawai yang menjadi modal utama dalam PJJ.