Ahad 02 Aug 2020 02:40 WIB

Sumbar Kembali Ekspor Manggis Setelah Sempat Terhenti

Pada Mei 2020 nilai ekspor Sumbar mencapai 72,46 juta dolar AS

Buah manggis
Foto: Antara
Buah manggis

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sumatera Barat kembali ekspor manggis dengan negara tujuan China setelah sempat terhenti akibat pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). Kepala Balai Karantina Pertanian Padang Eka Darnida di Padang, Sabtu (1/8) menyampaikan sejak akhir Juli 2020 pihaknya sudah mulai kembali melakukan pemeriksaan manggis untuk diekspor.

"Dalam sepekan terakhir 32 ton buah manggis untuk diekspor senilai Rp1,44 miliar sudah diperiksa pejabat Karantina Pertanian Padang," ujarnya.

Baca Juga

Ia menilai mulai menggeliatnya kembali ekspor merupakan hal positif bagi perekonomian Sumbar. "Semoga dengan mulai dibukanya keran ekspor dapat memotivasi para petani untuk lebih meningkatkan produktivitas, Karantina Pertanian Padang siap mendukung peningkatan ekspor manggis," ujarnya.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Pertanian, Sumatera Barat menjadi sentra manggis terbesar nomor dua setelah Jawa Barat dengan produksi 42.122 ton atau 26 persen dari produksi nasional.

Sempat terhenti selama empat tahun, pada Januari 2018 peluang ekspor manggis ke Negeri Panda kembali dibuka usai penandatanganan protokol manggis oleh badan karantina kedua negara pada 11 Desember 2017.

Saat ini di Sumatera Barat terdapat delapan kabupaten/kota yang ditetapkan sebagai daerah kawasan manggis yaitu Kabupaten Limapuluh Kota, Tanah Datar, Solok Selatan, Pesisir Selatan, Sijunjung, Padang Pariaman, Agam dan Kota Padang.

Nilai ekspor Sumbar

Sementara berdasarkan data yang dihimpun dari BPS Sumbar pada Mei 2020 nilai ekspor Sumbar mencapai 72,46 juta dolar AS atau mengalami penurunan 23,02 persen dibandingkan April 2020.

Kepala BPS Sumbar Pitono menyebutkan golongan barang yang paling banyak diekspor pada Mei 2020 adalah lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 61,08 juta dolar AS, golongan bahan nabati 4,03 juta dolar AS.

Nilai ekspor terbesar pada Mei 2020 ke India sebesar 14,46 juta dolar AS, Amerika Serikat 12,37 juta dolar AS dan Singapura 12,25 juta dolar AS.

Sejalan dengan itu PT Pelabuhan Indonesia II Cabang Teluk Bayur/IPC memastikan pelayanan operasional bongkar muat barang dan pelayanan umum lainnya tetap berjalan normal seperti biasanya.

"Ini merupakan komitmen manajemen dan seluruh pekerja tetap memberikan pelayanan terbaik karena Pelabuhan Teluk Bayur merupakan salah satu mata rantai logistik, dan perekonomian daerah yang berperan sebagai pintu gerbang utama distribusi berbagai kebutuhan masyarakat," kata General Manager IPC Teluk Bayur Padang Wardoyo.

Menurut dia hingga saat ini pihaknya tetap memfasilitasi distribusiberbagai komoditas unggulan Sumatera Barat ke seluruh belahan dunia mulai dari sektor agrobisnis maupun perkebunan dan pertambangan seperti Crude Palm Oil (CPO), karet, bungkil, cangkang sawit, batu bara, biji besi, semen, dan lainnya.

“Kami terus berkomitmen untuk mengedepankan pelayanan prima kepada seluruh pengguna jasa, mitra kerja, masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan, memastikan kegiatan operasional Pelabuhan Teluk Bayur tetap berjalan normal selama 24 jam dalam 7 hari," kata dia.

Dalam implementasinya guna memberikan pelayanan maksimal Pelindo II menggunakan layanan berbasis digital untuk menunjang kelancaran operasionalnya baik pelayanan kapal maupun pelayanan bongkar muat barang, seperti Vessel Management System (VMS).

"VMS merupakan sistem layanan untuk pengajuan pelayanan kapal yang terintegrasi dengan sistem Inaportnet milik Kementerian Perhubungan dan juga sistem E-Service, yakni sistem layanan digital untuk pelayanan terminal peti kemas," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement