REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Muhammad Fauzi Ridwan, Antara
Uji klinis fase tiga untuk vaksin Covid-19 hasil pengembangan dari China akan segera dilakukan di Indonesia. Jika berhasil, vaksin akan segera masuk produksi untuk kemudian digunakan bagi masyarakat.
Dengan lebih dari 200 juta penduduk, pemerintah dipastikan akan membutuhkan uang yang cukup banyak untuk biaya produksi vaksin saja. Negara yang sudah lebih dulu menyepakati pendanaan untuk vaksin adalah Amerika Serikat.
Pemerintah Amerika Serikat Donald Trump sepakat membayar hampir dua miliar dolar AS (sekitar Rp 28,9 triliun) untuk membeli calon vaksin yang dikembangkan Pfizer dan perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech SE. Vaksin itu rencananya akan disuntikkan ke 50 juta orang dengan biaya 39 dolar AS (sekitar Rp 564 ribu) untuk dua dosis anti virus.
Indonesia juga diperkirakan harus menyiapkan anggaran sekitar Rp 30 triliun untuk kebutuhan vaksin Covid-19 dalam negeri. Angka Rp 30 triliun dihitung dari kebutuhan sekitar 350 juta vaksin.
Harga vaksin Covid-19 di Indonesia diasumsikan berkisar pada harga 5-10 dolar AS. Sedangkan, kebutuhan 350 juta vaksin didapat dari indikator Reproduction Number (Ro) yang dikali dua.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, implementasi produksi hingga penyaluran vaksin Covid-19 nantinya pasti butuh waktu yang tak singkat dan dana yang tak sedikit. Mengantisipasi hal ini, pemerintah telah menyusun RAPBN 2021 yang mengakomodir kebutuhan tersebut.
Pemerintah memastikan ruang fiskal cukup lebar untuk mendanai produksi vaksin Covid-19 pada 2021 mendatang, sekaligus distribusinya kepada masyarakat.
"Kami persiapkan, kalau implementasinya (vaksin) butuh waktu kami memastikan bahwa untuk tahun depan kita memiliki ruang fiskal yang cukup. Dan kami sudah persiapkan, sudah mengajukan, dan kami sudah anggarkan ruang fiskal yang cukup untuk bisa mengganjal aktivitas ekonomi di tahun depan," jelas Budi dalam keterangan pers, Rabu (29/7).
Kendati ada optimisme bahwa vaksin bisa segera diproduksi, Budi meminta masyarakat agar tetap menjalankan protokol kesehatan. Berjalannya protokol kesehatan, menurutnya, menjadi kunci pembukaan aktivitas ekonomi bisa berjalan optimal tanpa menyulut gelombang kedua Covid-19.
"Saya ajak seluruh masyarakat, kalau misalnya tidak ditemukan atau agak lambat ditemukan vaksinnya, saya sampaikan bahwa dengan disiplin kesehatan yang baik, saya nggak bosen-bosen ulangi ini. Dengan kembalikan rasa aman melalui protokol kesehatan, harusnya secara bertahap kita mulai beraktivitas dengan perubahan perilaku yang berbeda. Dengan normal baru," katanya.
Anggota Komisi VI DPR Marwan Jafar mengatakan, jika vaksi Covid-19 sudah dapat digunakan untuk umum, maka ia berharap vaksin tersebut bisa dibeli dengan harga ekonomis. Bahkan, ia berharap vaksin diberikan gratis untuk masyarakat ekonomi lemah.
Mantan Menteri Desa-PDTT itu berharap penggunaan vaksin juga agar dapat memberikan manfaat memperkuat kekebalan masyarakat dari paparan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. "Seiring vaksin Covid-19 yang masih dikembangkan, perlu kehati-hatian dan kesabaran menunggu zat pengebal itu meski kebutuhannya mendesak," katanya.
Menurutnya, vaksin Covid-19 sangat dibutuhkan saat ini. Jika ditemukan maka ketersediaannya juga harus mempertimbangkan faktor keamanan bagi penerima vaksin. Faktor keamanan, kata dia, harus ditempuh dengan uji coba vaksin yang seksama. Prinsip penggunaan vaksin dari sisi ilmiah juga mesti dijalankan secara baik dan benar.
Bio Farma memang menjalin kerja sama dengan produsen farmasi asal China, Sinovac dalam menyiapkan vaksin Covid-19. Per Ahad (19/7) lalu, sebanyak 2.400 vaksin telah tiba di Indonesia untuk selanjutnya dilakukan uji klinis tahap tiga per Agustus mendatang. Namun sebelum masuk uji klinis tahap tiga, masih ada beberapa fase yang perlu dilalui seperti uji laboratorium di internal Bio Farma dan perizinan lain.
Bio Farma sendiri memastikan kapasitas produksi vaksin di dalam negeri dikelola dengan baik. Untuk tahap awal produksi pada kuartal I 2021 mendatang, Bio Farma menargetkan bisa memproduksi 40 juta dosis vaksin Covid-19. Namun angka ini ditargetkan meningkat menjadi 250 juta dosis vaksin per tahun.
Sebanyak 400 orang telah mendaftarkan diri untuk menjadi relawan uji klinis vaksin Covid-19 hingga Selasa (28/7) kemarin. Pendaftaran mulai dibuka sejak tim penelitian uji vaksin mendapatkan izin dari komite etik penelitian Unpad pada Senin (27/7) kemarin.
"Kalau kemarin 400 (pendaftar), hari ini belum dihitung," ujar Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19, Eddy Fadliana, Rabu (29/7). Ia mengungkapkan, para pendaftar belum bisa dipastikan bisa menjadi relawan sebab harus mengikuti tes kesehatan pada awal Agustus mendatang.
"Belum (jadi relawan). Agustus pertengahan, untuk cek kesehatan oleh dokter," katanya. Menurutnya, para pendaftar telah mengirimkan identitas yaitu kartu tanda penduduk.
Ia mengatakan sebagian para calon relawan mendaftar di puskesmas yang menjadi lokasi uji klinis. Terlebih dahulu sebelumnya, mereka menghubungi kontak yang tertera di puskesmas. Katanya, para pendaftar yang akan menjadi relawan harus berdomisili di Bandung.
"Awalnya ke puskesmas dulu, dia ingin daftar terus dia kontak lewat WA," ungkapnya. Keempat puskesmas yang dijadikan tempat uji klini vaksin covid-19 yaitu
Puskesmas Dago, Puskesmas Garuda, Puskesmas Ciumbuleuit dan Puskesmas Sukaparkir. Para pendaftar diharuskan dalam kondisi sehat.
Harga vaksin di tiap negara memang sangat mungkin berbeda-beda. Bila vaksin dari BioNTech dan Pfizer diperkirakan dipatok pada harga 39 dolar AS untuk dua dosis anti virus, maka perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat Moderna Inc berencana menetapkan harga vaksin Covid-19 sebesar 50-60 dolar AS (sekitar Rp 720 ribu-Rp 860 ribu) per paketnya, kata sejumlah sumber dikutip Financial Times.
Harga yang ditetapkan Moderna Inc untuk satu paket berisi dua dosis vaksin lebih mahal 11 dolar AS (sekitar Rp 159 ribu) dari vaksin yang dijual oleh Pfizer, perusahaan farmasi AS.
Sejumlah pengamat mengatakan harga jual yang disepakati Pfizer dan BioNTech bersama Pemerintah AS akan menyulitkan produsen vaksin lainnya untuk menetapkan harga sama. Pfizer dan BioNTech telah menyepakati penjualan vaksin Covid-19 untuk 50 juta pasien senilai dua miliar dolar AS.
Harga vaksin yang ditetapkan Moderna Inc akan berlaku untuk AS dan negara-negara berpendapatan tinggi lainnya, demikian menurut laporan yang dikutip oleh Financial Times.
Seorang juru bicara Moderna mengatakan perusahaan masih membahas kemungkinan pengadaan vaksin yang disebut dengan mRNA-1273 dengan sejumlah negara. Namun, ia tidak menyebutkan informasi mengenai harga jual vaksin mengingat aspek kerahasiaan isi pertemuan dan kontrak bisnis.
Harga akhir untuk vaksin buatan Moderna masih belum ditentukan, kata seorang narasumber yang mengetahui masalah tersebut.
Pfizer, Moderna, dan Merck & Co mengatakan mereka berencana mencari keuntungan dari penjualan vaksin. Sementara produsen vaksin lainnya, Johnson & Johnson mengumumkan rencana harga vaksin ditetapkan tanpa pertimbangan mencari untung.
Sementara itu, AstraZeneca Plc sepakat untuk menyediakan 300 juta dosis calon vaksin sebagai timbal balik atas dukungan dana sebesar 1,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 17,36 triliun) yang dibayar di muka. Karena itu harga vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca bisa sebesar 4 dolar AS (sekitar Rp 57 ribu) per dosisnya.
Pemerintah AS menyiapkan hampir satu miliar dolar AS (sekitar Rp 14,47 triliun) untuk mendukung penelitian dan pengembangan calon vaksin buatan Moderna Inc. Dana itu merupakan bagian dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang disebut Operation Warp Speed. Langkah itu bertujuan untuk mempercepat produksi vaksin Covid-19 yang saat ini telah menewaskan lebih dari 650.000 jiwa di ratusan negara.
Direktur Utama Pfizer Albert Bourla, dikutip dari Reuters, mengatakan tiap orang perlu berulang kali divaksin selama beberapa tahun demi memperkuat sistem kekebalan tubuh. Pasalnya, imunitas tubuh dapat berkurang seiring waktu, mengingat virus dapat bermutasi jadi jenis yang baru.
Teknologi pengembangan vaksin mRNA yang dilakukan BioNTech/Pfizer ideal untuk dua situasi. "Kalian dapat meningkatkan imunitas tubuh tanpa kehilangan vaksin," kata Bourla. "Kalian juga dapat mendapatkan tipe vaksin yang berbeda hanya dengan memodifikasi kode (genetiknya)," tambah dia.
Harga vaksin kemungkinan berubah saat masa pandemi berakhir. Dua perusahaan itu mulanya mendukung akses penggunaan vaksin yang dibuka seluas-luasnya.
BioNTech dan Pfizer pada Senin (27/7) memulai uji klinis terakhir atau tahap III untuk calon vaksinnya guna mengetahui khasiat anti virus tersebut.
Bourla mengatakan Pfizer masih berdiskusi dengan Uni Eropa (EU) dan beberapa negara anggotanya terkait pengadaan vaksin Covid-19. "Kesepakatan dengan Uni Eropa akan jauh lebih mudah," kata Bourla.
"Namun, kami juga bertemu dengan beberapa negara anggota jika kesepakatan dengan Uni Eropa tidak tercapai," tambah dia.
Tiga pejabat Uni Eropa pada akhir pekan lalu mengatakan usaha mengamankan pasokan vaksin di Eropa terhambat perdebatan mengenai harga yang sesuai, metode pembayaran, dan biaya pertanggungjawaban/risiko terhadap pengadaan anti virus tersebut.
Bourla mengkritik langkah Presiden AS Donald Trump yang pada minggu lalu meneken peraturan presiden terkait penetapan harga beli obat Covid-19 buatan Medicare. Ia menyebut aturan yang memaksa Medicare untuk menjual obat dengan harga lebih rendah daripada harga jual di negara lain dapat mengganggu persaingan usaha, padahal industri tengah fokus mengembangkan calon vaksin dan obat Covid-19.
Oleh karena itu, Bourla mengatakan Pfizer akan memikirkan kembali rencana ekspansi AS untuk penjualan vaksin jika peraturan eksekutif itu diterapkan. Nilai keuntungan Pfizer pada kuartal II 2020 lebih tinggi dari perkiraan para pengamat di Wall Street.
Pfizer juga meningkatkan target pendapatannya pada akhir tahun nanti. Pasalnya, Pfizer memperkirakan tingkat kunjungan masyarakat untuk mendapatkan vaksin dan perawatan ke dokter akan bertambah.