Rabu 29 Jul 2020 09:26 WIB

Siasat Toko Mebel Bertahan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Karyawan toko mebel banyak yang enggan ke Jakarta karena takut tertular virus corona.

Rep: Muhamad Ubaidillah/ Red: Erik Purnama Putra
Toko material dan mebel di kawasan Marunda, Jakut, milik Ali Sabarudin pada Selasa (28/7).
Foto: Muhamad Ubaidillah
Toko material dan mebel di kawasan Marunda, Jakut, milik Ali Sabarudin pada Selasa (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang berjualan mebel di Jakarta Utara (Jakut), masih bisa bertahan saat pandemi Covid-19. Beragam cara dilakukan, mulai dari membuka kerjasama dengan pelaku mebel lain hingga menurunkan harga.

Pemilik toko material dan mebel di kawasan Marunda, Jakut, Ali Sabarudin mengatakan, selama pandemi Covid-19 pesanan tidak berkurang sedikit pun. Menurut dia, jika memang ada pesanan yang berkurang satu atau dua unit, itu hal yang wajar.

Meski begitu, ia mengakui, kendala yang dialaminya adalah tukang kayu yang menjadi karyawannya memilih bertahan di kampung halaman. Mereka banyak yang enggan ke Jakarta karena takut tertular virus corona. Akibatnya, ada beberapa pesanan dikerjakan sendiri.

Ali menuturkan, pemesanan yang berasal dari luar Jadetabek akan dilimpahkan ke sejawatnya di daerah tersebut atau lokasi terdekat. Hal itu lantaran masih ada pembatasan kendaraan keluar masuk Jabodetabek. Dia menyebut, pemesan dari luar biasanya berasal dari Cirebon, Indramayu, Karawang, hingga Jepara.

"Alhamdulillah selama korona, pesanan tidak ada bedanya dengan sebelum korona," kata Ali saat ditemui di depan tokonya pada Selasa (28/7).

Dalam sehari, Ali bisa menerima pesanan lima hingga empat unit daun pintu. Selain membuat daun pintu, ia juga membuat kosen. Dalam mengerjakan pesanan, saat ini Ali dibantu dua orang karyawannya.

Berbeda dengan Ali, pemilik UMKM mebel di Tanjung Priok, Syarif Toha mengeluhkan kondisi pandemi yang memukul usahanya. Dia menyebut, banyak pesanan yang dibatalkan pelanggan dengan alasan ekonomi.

"Untungnya kan belum dibuat pesanannya, jadi dibatalin enggak papa. Kalo sudah dibuat enggak bisa batal. Alasannya macam-macam, ada yang enggak jadi bangun (rumah) karena kena PHK," ujar Syarif.

Dia melanjutkan, jika keaadaan normal, tokonya bisa menyelesaikan pesanan hingga enam unit per hari. Akibat pandemi Covid-19, sambung dia, pesanan turun hingga 70 persen. Untuk bisa bertahan, Syarif menurunkan harga daun pintu sebesar 20 persen.

Selain itu, untuk pelayanan selama pandemi pemesan tidak perlu datang ke toko miliknya. "Saya datengin (ke rumah pemesan langsung), mulai dari ngukur atau pengen model yang mana," kata Syarif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement