Rabu 29 Jul 2020 06:12 WIB

Penolakan Purnomo dan Usaha PKS Agar Gibran Punya Lawan

Achmad Purnomo menolak menjadi penasihat tim sukses pasangan Gibran-Teguh.

Bakal calon Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (kanan) berjabat tangan dengan pasangan bakal calon Wali Kota Solo Achmad Purnomo (tengah) dan Teguh Prakosa (kiri) usai menjalani uji kelayakan dan kepatutan penjaringan calon Wali Kota Solo di Kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Senin (10/2). PDIP akhirnya memberikan rekomendasi untuk Gibran dan Teguh. (ilustrasi)
Foto: Antara/Galih Pradipta
Bakal calon Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (kanan) berjabat tangan dengan pasangan bakal calon Wali Kota Solo Achmad Purnomo (tengah) dan Teguh Prakosa (kiri) usai menjalani uji kelayakan dan kepatutan penjaringan calon Wali Kota Solo di Kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Senin (10/2). PDIP akhirnya memberikan rekomendasi untuk Gibran dan Teguh. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Binti Sholikah, Arif Satrio Nugroho, Febrianto Adi Saputro, Nawir Arsyad Akbar

Kader PDIP yang saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Solo, Achmad Purnomo, menyatakan tidak mau terlibat dalam tim pemenangan pasangan Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa di Pilkada Solo 2020. Sebelumnya, Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo berencana menempatkan Purnomo sebagai penasihat tim pemenangan pasangan Gibran-Teguh.

Baca Juga

Purnomo mengaku, keputusan tersebut dibuat setelah perenungan panjang dalam masa karantina sebagai pasien terkonfirmasi positif Covid-19 tanpa gejala. Purnomo menjalani isolasi mandiri di rumahnya.

"Enggak mau jadi tim pemenangan Gibran-Teguh, setelah dikarantina saya merenung, mikir-mikir saya kirim surat atau semacam pemberitahuan ke Pak Rudy (FX Hadi Rudyatmo). Lewat WhatsApp ke ketua panitia kampanye Pak Putut kalau saya tidak bersedia jadi apa pun, saya ingin istirahat begitu, tidak akan terlibat di pilkada sama sekali," terang Purnomo saat dihubungi wartawan, Senin (27/7).

Selain itu, Purnomo juga telah memberi kabar kepada Teguh Prakosa melalui pesan WhatsApp. Menurutnya, Teguh memberikan respons dengan meminta doa restu. Sedangkan Rudyatmo juga memberikan respons positif atas keputusan tersebut.

"Pak Rudy bilang tidak apa-apa, yang penting jaga kesehatan. Keputusan saya tidak aktif di pemilukada ini. Toh tanpa saya, Gibran pasti menang," imbuhnya.

Sementara itu, FX Hadi Rudyatmo, menyatakan tidak mempermasalahkan keputusan Purnomo yang tidak mau terlibat dalam tim pemenangan Gibran-Teguh. "Tidak apa-apa, beliau enggak kerso (berkeinginan) ya tidak apa-apa," ujarnya.

Rudyatmo juga tidak memikirkan kemungkinan Purnomo maju pilkada dari partai lain. Dia berkeyakinan Purnomo hanya ingin istirahat. Nantinya, DPC akan mencarikan pengganti untuk mengisi jabatan penasihat tim pemenangan Gibran-Teguh.

"Banyak, nanti dirapatkan," ucapnya.

Sikap Achmad Purnomo yang menolak menjadi bagian dari tim sukses (timses) Gibran-Teguh dinilai wajar. Sikap Purnomo juga disebut sebagai bentuk kekecewaan kader senior PDI Perjuangan ini terhadap kontestasi Pilwalkot Solo.

"Hal yang wajar jika Purnomo menolak jadi bagian tim sukses Gibran. Pertama, ajakan tersebut bisa saja hanya untuk agar Purnomo tidak terlalu kecewa," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin saat dihubungi Republika, Selasa (28/7).

Ujang mengatakan, ajakan menjadi timses  juga tak bisa membuat Purnomo lantas mendukung Gibran. Terlebih, Gibran sudah mengambil posisi Purnomo yang sedari awal digadang-gadang sebagai calon wali kota Solo dari PDI Perjuangan.

"Yang jelas, enggannya Purnomo masuk tim sukses Gibran. Karena Purnomo kecewa. Karena posisi calon wali kota yang harusnya menjadi jatahnya, diambil Gibran," ujar pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia ini.

Ujang menilai, justru jika Purnomo mau nenjadi tim sukses Gibran, maka dia justru akan dituduh "bodoh" oleh publik. "Itulah politik. Ada yang manggung, ada juga yang tersinggung dan tersingkirkan," katanya menambahkan.

Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat menanggapi pernyataan Achmad Purnomo yang tidak ingin terlibat dalam tim pemenangan Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa. Djarot menghargai keputusan Achmad Purnomo tersebut.

"Tidak apa-apa dan sangat menghargai keputusan beliau," kata Djarot kepada Republika, Selasa (28/7).

Sebelumnya, pasangan Gibran-Teguh menargetkan kemenangan 90 persen suara di pilkada Solo 2020 mendatang. Mantan gubernur DKI Jakarta tersebut enggan merespons lebih lanjut terkait apakah tidak adanya Achmad Purnomo ke dalam tim pemenangan bakal mempengaruhi target kemenangan tersebut atau tidak.

"Untuk masalah teknis di lapangan agar ditanyakan ke teman-teman DPC Solo," ujarnya.

Sebagai satu-satu partai yang belum mengusung bakal calon di Pilkada Solo, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tengah berusaha untuk mencari sosok yang akan menjadi lawan dari Gibran-Teguh. Saat ini, PKS menjajaki peluang untuk mengusung cucu Raja Pakubuwono (PB) XII, BRA Putri Woelan Sari Dewi.

"Iya (Putri Woelan) daftar ke PKS. Tapi saya belum tahu perkembangannya," ujar Ketua DPW PKS Jawa Tengah Abdul Fikri Faqih saat dikonfirmasi, Selasa (28/7).

Meski begitu, PKS masih terganjal syarat untuk mengusung calon, yakni memiliki sembilan kursi di DPRD. Sedangkan PKS, hanya memiliki lima kursi.

Fikri mengatakan, PKS akan terus menjalin komunikasi dengan partai lain. Agar Gibran tak melawan kotak kosong dalam Pilwakot Solo.

"Kalau tidak dikasih opsi lain, itu namanya tidak demokrasi. Jadi ada pilihan visi misi yang bagus yang mana, tidak diarahkan ke satu opsi saja," ujar Wakil Ketua Komisi X DPR itu.

Diketahui, PKS hanya memiliki lima kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Surakarta. Untuk bisa mengusung calon, PKS memerlukan empat tambahan kursi lagi.

Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar, dan Partai Gerindra masing-masing memiliki tiga kursi. Sedangkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memiliki satu kursi.

Adapun, PDIP yang memiliki 30 kursi di DPRD Surakarta, mengusung Gibran-Teguh. Keduanya berpotensi menjadi calon tunggal dan melawan kotak kosong pada Pilwakot Solo.

photo
Kontroversi Pilkada di tengah pandemi Covid-19. - (Berbagai sumber/Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement